Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah tantangan industri mengadang produsen semen termasuk PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) sepanjang tahun ini. Dengan harga batu bara yang diproyeksi mengalami normalisasi tahun depan, bagaimana nasib kedua produsen semen terbesar di Indonesia itu?
Direktur Utama Semen Indonesia Donny Arsal dalam rapat dengar pendapatan di Komisi VI DPR RI, Selasa (29/11/2022) menerangkan bahwa perlambatan industri semen ikut didorong lesunya sektor konstruksi dan real estate yang hanya tumbuh 0,6 persen year-on-year (yoy) pada kuartal III/2022).
Hal itu pun berimbas pada permintaan semen dalam negeri yang menyusut sekitar 2 persen hingga 3 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi itu masih harus diperparah dengan masuknya pemain baru, Semen Grobogan dan Semen Singa Merah pada tahun ini.
Sedangkan, industri semen domestik sendiri saat ini masih mengalami kondisi oversupply menahun. Total kapasitas terpasang industri semen pada 2022 ini tercatat 119 juta ton. Sehingga diperkirakan ada kelebihan suplai setara 56 juta ton per tahun.
Penjualan semen domestik pada Oktober 2022 tercatat 5,46 juta ton. Jumlah tersebut turun 16,7 persen dari periode yang sama tahun lalu yang dapat mencapai 6,55 juta ton. Dari total penjualan semen tersebut, pangsa pasar SMGR tercatat 48 persen atau sebesar 2,62 juta ton.
Penjualan semen SMGR pada Oktober anjlok 23 persen secara tahunan, dan turun 8 persen secara bulanan.