Bisnis.com, JAKARTA – Kehadiran Mach Energy yang dikontrol Anthoni Salim, berikut para pemegang obligasi wajib konversi (OWK) sebagai malaikat penyelamat PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) bukannya tanpa paradoks.
Selain menggelontor dana pelunasan utang, kedatangan Salim via private placement berdampak penerbitan saham baru. Teorinya, makin banyak jumlah saham beredar akan membuat prospek dividen per saham yang mungkin diterima investor publik (masyarakat) mengecil.
Maka, seumpama suatu saat BUMI mampu membagi dividen, potensi cuan yang mengalir kepada investor pemegang saham free float, termasuk investor ritel juga makin ciut.
Sepintas, berharap pada investasi saham BUMI sebagai ladang dividen memang terdengar absurd. Setidaknya bila berkaca pada rekam historis. Neraca yang sempat dipenuhi utang bikin BUMI tidak punya track record dividen yang mapan. Sudah 10 tahun perusahaan ini tidak pernah melakukannya.
Namun, harapan semacam itu juga bukan hal konyol. Sebab bila bicara fakta, BUMI memang perusahaan yang punya potensi cuan besar pada sektornya.
Lewat operasional dua tambang batu baranya, Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin, BUMI adalah produsen batu bara termal terbesar di negeri ini. Tahun lalu saja contohnya, perusahaan ini mampu memproduksi 79,4 juta ton batu bara.