Bisnis.com, JAKARTA – Mendekati musim window dressing, investor makin gencar cicil mencicil langkah untuk memoles portofolionya. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia pun terindikasi masih jadi primadona "bandar saham," sebutan untuk investor dengan kepemilikan duit besar di pasar modal.
Bicara historis, saham BBCA memulai perjalanan di Tahun Macan Air dengan meyakinkan. Sepanjang kurun tiga bulan awal, tampak kenaikan frekuensi transaksi dan harga rata-rata di pasar reguler, yang mengindikasikan tingginya minat investor publik.
Namun, pada kuartal II/2022, batu sandungan sempat muncul. Meski frekuensi masih gemuk, sepanjang April-Juni tampak penurunan harga kesepakatan rata-rata transaksi saham di kalangan investor BBCA, yang mengindikasikan maraknya profit taking.
Pada bulan Juli, harga kesepakatan mencapai titik terendah, namun frekuensi transaksi BBCA di pasar reguler menurun drastis, yang mengindikasikan kecenderungan jenuh jual. Maka, tidak heran jika pada Agustus 2022, pergerakan saham BBCA memulai rebound.
Berdasarkan data broker, tren rebound ini berlanjut sampai awal kuartal IV/2022, kendati frekuensi transaksi mulai melandai di bulan Oktober.