Bisnis.com, JAKARTA — Walt Disney Co. baru saja mengalami kejatuhan terbesar dalam 21 tahun terakhir, berkebalikan dari rivalnya Netflix Inc. yang melaporkan pemulihan jumlah pelanggan.
Saham Walt Disney terjerembab paling dalam sejak September 2001, ditutup turun 13 persen menjadi US$86,75 pada perdagangan Rabu (9/10/2022). Harga penutupan itu menjadi yang terendah sejak Maret 2020 dan merupakan penurunan satu hari terdalam sejak 17 September 2001.
Kerugian lini bisnis direct-to-consumer terdorong boncos Disney+ yang berlipat ganda menjadi US$1,47 miliar pada kuartal keempat fiskalnya. Biaya pemrograman dan ekspansi global yang meroket, menjadi pangkal masalahnya. Selain itu, lemahnya pendapatan iklan televisi kabel juga merugikan kinerja Disney.
Chief Executive Officer Bob Chapek menghadapi momen penting di mana investasi besar-besaran perusahaan pada bisnis streaming harus membuahkan hasil.
Chapek mengulangi perkiraannya bahwa Disney+ akan menguntungkan pada tahun fiskal 2024. Dia mengatakan kenaikan harga dan pengenalan versi baru yang didukung iklan akan membantu unit direct-to-consumer perusahaan mencapai tujuan itu.
"Hasil keuangan kami kuartal ini merupakan titik balik ketika kami mencapai puncak kerugian operasional DTC, yang kami perkirakan akan menurun ke depannya," kata Chapek kepada investor, dilansir Bloomberg, Kamis (10/11/2022).