Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. (ROTI) tampak menyimpan keyakinan bahwa valuasi perusahaannya sedang kemurahan alias undervalued. Indikasi ini yang agaknya mendasari keberanian pengelola pabrik roti Sari Roti itu untuk terus-terusan melakukan buyback saham.
Terakhir, entitas irisan putri bos Bogasari Wendy Yap dan Keluarga Salim itu mencanangkan buyback dengan anggaran Rp174,8 miliar, yang akan dieksekusi pada rentang 21 Oktober 2022 hingga 20 Januari 2023. Optimisme perseroan bahwa harga sahamnya patut dilabeli lebih tinggi, setidaknya, tergambar dari keputusan mereka menetapkan nominal Rp1.700 per saham sebagai batas harga beli maksimal.
“Pembelian saham perseroan juga memberikan fleksibilitas perseroan dalam mengelola modal jangka panjang, di mana saham tresuri dapat dijual di masa yang akan datang dengan nilai yang optimal jika perseroan memerlukan tambahan modal,” papar Direktur ROTI Arlina Sofia dalam dokumen yang dikirim kepada otoritas bursa.
Per penutupan perdagangan Kamis (19/10/2022) saham ROTI ditransaksikan investor publik pada harga Rp1.255 per saham. Atau, sekitar 35 persen lebih murah dari batas harga atas yang dipatok ROTI.
Bila dirunut dari posisi awal tahun alias year-to-date (ytd), saham ROTI cenderung melemah 3,38 persen.
Patut digarisbawahi bahwa ini bukan kali pertama ROTI melakukan buyback. Bila dirunut mundur, sejak April tahun lalu hingga pertengahan Oktober ini, ROTI juga telah melakukan enam kali tahapan buyback yang masing-masing dilakukan pada batas harga berbeda.