Bisnis.com, JAKARTA — Risiko kontraksi indeks penjualan riil di tengah menanjaknya inflasi dan tekanan daya beli menjadi tantangan yang dihadapi emiten peritel pada kuartal IV/2022. Kendati begitu, emiten dengan pangsa pasar menengah atas dinilai masih memiliki ruang akselerasi kinerja.
Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada September 2022 diproyeksi turun 0,9 persen secara bulanan ke level 200,0. Kendati demikian, indeks tersebut diperkirakan tumbuh 5,5 persen year-on-year (YoY) dari posisi 189,5 pada September 2021.
Risiko kontraksi IPR secara bulanan seiring dengan penurunan pada kelompok suku cadang dan aksesori, kelompok makanan, minuman dan tembakau serta bahan bakar kendaraan bermotor. Sementara itu, dari sisi harga responden memperkirakan tekanan inflasi pada November 2022 cenderung stabil dan Februari 2023 menurun.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya dalam risetnya menyebutkan perekonomian nasional memperlihatkan performa positif, seiring dengan pandemi yang terkontrol. Mobilitas penduduk terus meningkat dan konsumsi rumah tangga yang kuat diramal berlanjut ke 2023.
“Kami mencatat pembukaan toko secara bertahap menarik belanja konsumen. Selain itu, banyak peluang serapan pada banyak kategori produk yang sebelumnya ditunda belanjanya,” tulis Christine dikutip Rabu (12/10/2022).
Meski aktivitas toko fisik telah mulai mendekati level sebelum pandemi, Christine mengemukakan penjualan secara daring tengah menikmati momentum. Perdagangan secara digital telah menjadi tumpuan ritel selama pandemi dan kontribusi e-commerce diramal tetap tumbuh ke depannya.