Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang milik taipan Boy Thohir PT Adaro Energi Indonesia Tbk. (ADRO) berharap mendulang daya tarik lebih, dengan peralihan bisnis dari sektor batu bara ke komoditas lain. Diversifikasi bisnis memang tengah menjadi tren di antara emiten-emiten tambang.
PT Aluminium Indonesia menjadi pintu masuk bagi emiten bersandi ADRO itu untuk masuk di bisnis smelter. Kedua perusahaan menandatangani Letter of Intention to Invest (LoI) senilai total US$728 juta atau Rp10,41 triliun (dengan kurs Rp14.300 per dolar AS) pada Desember 2021.
Modal itu akan mengalir ke proyek pembangunan smelter aluminium di kawasan industri hijau yang dikembangkan oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia.
Kapasitas smelter mencapai 500.000 ton, diperkirakan akan beroperasi pada 2024 dan akan memproduksi aluminium ingot dan aluminium lembaran. Hasil produksinya terutama digunakan pada paduan die-casting, industri baterai, industri percetakan dan pencelupan, industri farmasi, industri karet, industri kimia, dan lainnya.
Analis Shinhan Sekuritas Indonesia Anissa Septiwijaya meramal diversifikasi ADRO akan berdampak positif pada kinerjanya. Industri aluminium memiliki peluang untuk terus maju didorong oleh peningkatan produksi dan penjualan kendaraan listrik.
"Namun, kami belum menghitung proyek ini untuk penilaian kami saat ini karena manajemen perusahaan belum mengungkapkan detail proyek tersebut," terangnya dalam riset, dikutip Kamis (30/6/2022).