Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan keuangan asal Amerika Serikat, J.P. Morgan, meramal bakal ada badai yang saling bertabrakan di ekonomi global pada 2023. CEO J.P. Morgan Chase Jamie Dimon sebelumnya menyampaikan badai itu akan berasal dari tekanan inflasi tinggi dan dampak Perang Rusia Ukraina.
CEO J.P. Morgan Asia Pacific Filippo Gori dalam wawancara eksklusif bersama Bisnis.com pun merespons pernyataan tersebut bahwa memang terdapat beberapa sentimen utama yang akan menggerakkan ekonomi global ke depannya. Namun, di tengah 'badai ekonomi' yang disampaikan Dimon sebelumnya, Gori menilai bakal ada dua kekuatan pula yang akan muncul.
“Di satu sisi kami memiliki ekonomi AS yang sangat kuat di mana konsumen memiliki uang tunai US$2 triliun lebih banyak dari sebelum pandemi Covid-19,” kata Gori kepada Bisnis.com, Kamis (16/6/2022).
Kekuatan konsumen di AS tentunya akan terus mendorong inflasi di sana. Namun di sisi lain, Gori menunjukkan bahwa otoritas moneter mulai melakukan pengetatan kuantitatif yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga belum jelas hasilnya akan seperti apa.
Sebelumnya, CEO J.P. Morgan Chase Jamie Dimon memperingatkan bakal ada badai yang akan menghampiri lansekap ekonomi global yang disebabkan oleh dua faktor.
Faktor pertama datang dari tingkat inflasi yang terus menanjak di Amerika Serikat mengingat perekonomian sangat bergairah. Inflasi tinggi pun mendorong otoritas moneter Amerika Serikat yaitu Federal Reserve (The Fed) mengerek suku bunga acuan secara agresif.