Bisnis.com, JAKARTA – Prospek menjanjikan dinilai akan menghampiri sejumlah emiten tambang yang memiliki proyek hilirisasi logam. Apalagi pemerintah memiliki mimpi untuk mengembangkan industri kendaraan listrik dan baterai.
Salah satu emiten itu di adalah PT Vale Indonesia Tbk. (INCO). Perseroan saat ini sedang menggarap proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) atau nikel kalori rendah. Salah satu proyek tersebut ada di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Pada April lalu, INCO bersama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou) telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerjasama (Framework Cooperation Agreement/FCA) terkait dengan proyek HPAL tersebut.
Vale dan Huayou pada prinsipnya telah menyepakati hal-hal pokok yang terkait dengan Proyek HPAL Pomalaa. Pertama, Huayou akan membangun dan melaksanakan Proyek HPAL Pomalaa, dan Vale akan memiliki hak untuk mengakuisisi hingga 30 persen saham Proyek HPAL Pomalaa tersebut.
Kedua, proyek HPAL Pomalaa akan mengadopsi dan menerapkan proses, teknologi dan konfigurasi HPAL Huayou untuk memproses bijih limonit dan bijih saprolit kadar rendah dari tambang Vale di Pomalaa. Nantinya smelter itu akan menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton nikel per tahun.
Sekadar catatan, proyek itu merupakan satu dari enam proyek smelter yang beroperasi pada 2022 dan 2023.