Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan meyakinkan saham-saham defensif sejak awal tahun ini bikin emiten sektor konsumer non-siklikal, seperti PT Unilever Tbk. (UNVR) hingga PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mulai jadi primadona.
Namun, fundamental sektor konsumer bukannya tanpa batu sandungan. Selain harga bahan baku dan kenaikan sejumlah pos pajak termasuk cukai, adanya keharusan menyetor beban jasa dan royalti kepada entitas afiliasi, induk usaha, ataupun pihak ketiga tertentu turut berpotensi menekan margin kinerja tahunan masing-masing perusahaan.
Sebagai konteks, saat ini indeks konsumer non-siklikal (IDXNONCYC) terdiri atas 97 emiten sebagai anggota. Kendati jumlahnya tergolong gemuk, pergerakan sektor ini cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh delapan emiten terbesar yang memiliki kapitalisasi pasar masing-masing di atas Rp35 triliun.
Mereka adalah UNVR, HMSP, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN), hingga PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT).
Ada pula PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), serta PT Mayora Indah Tbk. (MYOR).
Dari kedelapan nama tersebut, empat di antaranya yakni AMRT, INDF, GGRM dan MYOR tidak dikendalikan oleh entitas induk yang berpredikat pemilik merek. Seturut laporan keuangan masing-masing, mereka tidak memiliki kewajiban membayar royalti merek kepada pihak tertentu.