Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak sawit (CPO) fluktuatif lantaran investor mempertimbangkan kemungkinan Indonesia mencabut larangan ekspor dan perkiraan jumlah pasokan yang lebih tinggi di Malaysia.
Laporan Bloomberg mengungkapkan kontrak berjangka di Kuala Lumpur naik 0,3 persen ke level 6.421 ringgit per ton atau sekitar US$1.464 per ton pada awal pekan ini. Fluktuasi tecermin dari pergerakan harga yang sebelumnya naik 1,6 persen dan turun sekitar 0,8 persen.
Senior Manager of Commodities Phillip Nova Avtar Sandu menuliskan dalam sebuah laporan ada kemungkinan Indonesia akan melonggorkan larangan ekspor CPO. Pertimbangan itu seiring telah terlewatinya puncak permintaan pada Ramadan dan meredanya tekanan inflasi di Tanah Air.
Sinyal pelonggaran larangan ekspor CPO dilaporkan Bloomberg juga berhembus dari Dewan Sawit Indonesia. Bulan lalu—DSI yang merupakan induk dari sembilan asosiasi sawit— mengatakan kemungkinan penghentian dapat dicabut pada Mei 2022.
Adapun, optimisme itu berdasarkan proyeksi pasokan domestik yang lebih baik dan kemungkinan harga minyak goreng yang mencapai target pemerintah Rp14.000 per liter. Sampai dengan 6 Mei 2022, data menunjukkan rerata harga minyak goreng masih berada di level Rp17.200 per liter.
Di sisi lain, stok CPO Malaysia tercatat meningkat 12,9 persen dari bulan sebelumnya, menjadi 1,66 juta ton. Berdasarkan survei Bloomberg, kenaikan ini termasuk yang paling tinggi sejak Oktober 2021.