Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya peran investor asing terhadap saham dekapan Grup Djarum, konglomerasi yang dikendalikan Keluarga Hartono, ibarat pedang bermata dua. Tidak heran jika aksi jual alias panic selling investor asing, yang menekan laju IHSG dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sejak Senin (9/5/2022) turut bikin kantong Grup Djarum menipis.
Sebagai konteks, duet kakak beradik pemilik Djarum, yakni Michael Bambang dan Robert Budi Hartono menggenggam lebih dari 67 miliar lembar saham BBCA lewat PT Dwimuria Investama Andalan.
Saham BBCA turun harga 6,46 persen pada hari pembukaan pasca-libur lebaran, Senin (9/5). Tepatnya dari Rp8.125 jadi Rp7.600 per saham. Artinya, nilai kapitalisasi yang dimiliki Dwimuria rontok Rp35,55 triliun dalam sehari. Tepatnya dari Rp550,3 triliun menjadi sekitar Rp514,7 triliun saja.
Maka, tidak heran jika nilai kekayaan bersih Michael dan Robert juga ikut turun. Mengacu rekapitulasi Forbes hingga penutupan Senin (9/5), nilai kekayaan bersih Robert, yang memuncaki daftar orang terkaya di Indonesia, mengalami penurunan US$1,85 miliar atau Rp26,91 triliun (kurs Rp14.550). Tepatnya dari Rp339,74 triliun menjadi Rp312,82 triliun (US$21,5 miliar).
Sementara sang kakak Michael, yang menduduki posisi kedua orang terkaya Indonesia, mengalami penurunan nilai kekayaan harian US$1,7 miliar atau Rp24,7 triliun. Tepatnya dari kisaran Rp325,92 triliun menjadi Rp301,18 triliun (US$20,7 miliar).
Bila ditotal, kerugian dalam bentuk penurunan nilai aset yang dialami keduanya memang melampaui nilai penyusutan kapitalisasi Dwimura di BBCA. Namun, hal ini tidak mengejutkan mengingat saham dan aset-aset dekapan Grup Djarum lainnya juga punya nasib sebelas duabelas.