Bisnis.com, JAKARTA – Adanya perubahan konstituen indeks LQ45 yang akan berlaku per 9 Mei 2022 bukannya tidak berpotensi mempengaruhi emiten-emiten ‘penghuni tetap’ di dalamnya. Termasuk PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), yang mengalami perubahan minor berupa pembobotan ulang jumlah saham.
Berdasarkan Lampiran Pengumuman BEI Nomor Peng-00100.POP/04-2022 yang rilis akhir pekan lalu, bank besutan Grup Darum tersebut akan memiliki jumlah saham terhitung di indeks sebanyak 35,7 miliar lembar (7,25 persen). Angka ini bertambah dibandingkan 30,8 miliar lembar (6,15 persen) yang berlaku pada periode Januari-Maret 2022.
Sebagai konteks, pembobotan ulang lazimnya mempengaruhi kecenderungan manajer investasi dalam meracik ulang portofolio. Khususnya yang berbasis pada indeks.
Karenanya, tidak heran bila seiring peningkatan bobot tersebut, pergerakan saham BBCA pada perdagangan awal pekan ini (25/4/2022) masih relatif stabil. Meskipun, kecenderungan konsensus Bloomberg masih memasang rating konservatif pasca-rilis laporan keuangan terakhir perseroan.
Hingga jeda sesi perdagangan Senin (25/4), saham BBCA ditransaksikan investor publik seharga Rp7.950 per saham, menguat tipis 0,95 persen dari posisi Rp7.875 per saham pada penutupan pekan lalu.
Secara teknikal, pergerakan tersebut masih sejalan dengan proyeksi yang dipampang analis Samuel Sekuritas William Mamudi akhir pekan lalu. Menurut William, penguatan tipis masih berpotensi berlanjut selama harga saham BBCA belum jatuh ke level yang lebih rendah dari Rp7.800.