Bisnis.com, JAKARTA - Pamor melantai di bursa Amerika Serikat lewat perusahaan cangkang alias Special Purpose Acquisition Company (SPAC) bakal makin meredup dan dirasa kurang menarik bagi perusahaan rintisan (startup) asal Tanah Air.
Sebagai informasi, tahun lalu Traveloka menghentikan pembicaraan untuk melantai di AS via SPAC bertajuk Bridgetown Holdings Ltd, yang terafiliasi miliarder Richard Li (Pacific Century Group) dan Peter Thiel (PayPal).
PT Asia Vision Network (AVN), anak usaha PT MNC Vision Networks Tbk. (IPTV) pun mengurungkan rencana merger dengan SPAC bernama Malaca Straits Acquisition Company.
Terkini, induk platform layanan bayar tunda atau paylater Kredivo, FinAccel Pte Ltd, membatalkan merger dengan VPC Impact Acquisition Holdings II, SPAC yang disponsori perusahaan investasi asal AS, Victory Park Capital Advisors LLC (VPC).
Edward Ismawan Chamdani, pegiat investasi modal ventura dan akselerator startup yang kini menjabat sebagai Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) mengungkap setidaknya ada tiga faktor yang membuat pamor SPAC meredup.
Pertama, Edward menyoroti beberapa startup lulusan SPAC semacam 'terbelenggu' untuk merealisasikan rencana ekspansi berikutnya, sebab kesulitan meraup nominal pendanaan yang tengah dibutuhkan.