Bisnis.com, JAKARTA — Pesta harga komoditas atau commodity supercycle tidak mampu menjadi penyelamat untuk kinerja keuangan perusahaan pertambangan global seperti Rio Tinto Group, Vale SA, dan BHP Group Ltd.
Anomali itu terefleksi dari data sejumlah raksasa tambang global yang melaporkan penurunan keuntungan pada paruh kedua tahun lalu. Korporasi yang bernasib malang di antaranya raja bijih besi Rio Tinto Group, Vale SA, dan BHP Group Ltd.
Bloomberg mencatat, gabungan keuntungan perusahaan-perusahaan tersebut pada paruh kedua tahun lalu hanya US$73 miliar, jauh di bawah realisasi pada 6 bulan pertama 2021 yang mencapai US$82 miliar. Kenaikan harga di pasar global pun tak mampu memberikan keleluasaan bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnis.
Selain memilih menggunakan keuntungan untuk memberikan dividen kepada pemegang saham, mahalnya ongkos produksi juga menghambat langkah korporasi untuk memperluas usaha.
“Ini menunjukkan tidak ada banyak kepercayaan jangka panjang, dengan ketidakpastian China berada di garis depan kekhawatiran,” kata David Bassanese, Kepala Ekonom BetaShares di Sydney, dilansir Bloomberg, Senin (14/2/2022).