Bisnis.com, JAKARTA — Berkah kenaikan harga batu bara dirasakan oleh PT Adaro Energy Tbk. (ADRO). Mampukah tren emas hitam menjaga bara optimisme investor terhadap prospek kinerja keuangan perseroan ke depan?
Dalam laporan keuangan kuartal III/2021 yang baru saja dirilis, Adaro Energy melaporkan pendapatan usaha US$2,57 miliar atau sekitar Rp36,7 triliun (estimasi kurs Rp14.285,7 per dolar AS). Pencapaian emiten afiliasi Garibaldi atau Boy Thohir itu naik 31 persen year on year (yoy) dari US$1,95 miliar per September 2020.
Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, ADRO membukukan pertumbuhan laba bersih 284,81 persen secara tahunan. Realisasi naik dari US$109,38 juta pada kuartal III/202) menjadi US$420,9 juta per akhir kuartal III/2021.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan peningkatan pendapatan Adaro Energy terutama berasal dari peningkatan rata-rata harga jual (average selling price/ASP) batu bara sebesar 42 persen secara tahunan.
"Peningkatan harga jual batu bara menopang pendapatan Adaro," paparnya dalam keterangan resmi yang dikutip, Kamis (2/12/2021).
Dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir fundamental pasar batu bara, lanjut Boy, Adaro memutuskan untuk menyesuaikan target profitabilitas. Panduan EBITDA operasional direvisi menjadi US$1,75 miliar — US$1,90 miliar untuk periode 2021.