Bisnis.com, JAKARTA – Rencana PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) mengucurkan dana besar untuk belanja modal dalam industri energi baru dan terbarukan (EBT), secara tak langsung bakal sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021 – 2030, yang telah disahkan.
Adapun, RUPTL PLN mengamanatkan pengembangan energi baru terbarukan sebesar 51,6 persen dan energi fosil 48,4 persen. Hal itu diatur dalam Keputusan Menteri ESDM No.188.K/HK.02/MEM.L/2021 tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Tahun 2021
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) kali ini lebih hijau karena porsi untuk pengembangkan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) lebih besar dibandingkan fosil
“Pembangunan PLTU yang baru tidak lagi menjadi opsi, kecuali yang saat ini yang sudah committed dan sudah dalam konsumsi. Hal ini juga untuk membuka peluang, membuka ruang besar untuk pengembangan EBT,” katanya saat webinar diseminasi RUPTL PLN 2021 - 2030, Selasa (5/10/2021).
Adapun kapasitas pembangkit EBT akan ditambah hingga 20.923 MW. Kapasitas ini terbagi pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA/M/MH) mencapai 10.391 MW, PLTB 597 MW, PLT Bio 590 MW, PLTP 3.355 MW, PLTS 4.680 MW, PLT EBT Base 1.010 MW dan battery energy storage system (BESS) 300 MW.
Sementara itu, tambahan kapasitas pembangkit energi fosil didominasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU/MT) 13.819 MW, PLTG/GU/MG 5.828 MW serta PLTD sebesar 5 MW. Total penambahan kapasitas pembangkit fosil adalah 19.652 MW. Secara keseluruhan, pemerintah membidik penambahan kapasitas listrik hingga 40.575 MW pada 2030.