Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tekstil terintegrasi PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex memaparkan draf awal proposal rencana perdamaian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) kepada kreditur perseroan.
Dalam proposal yang dipaparkan pada 7 September 2021, Sritex menyampaikan porsi utang "tidak berkelanjutan" perseroan senilai US$753 juta dan porsi pembiayaan kembali (refinancing) sebesar US$850 juta, baru bisa diselesaikan pada tahun ke-15. Hal ini disusun dengan dasar proyeksi arus kas perusahaan.
Berdasarkan laporan Reorg, dikutip Selasa (14/9/2021), SRIL mengusulkan untuk menukarkan dua obligasi global lama perseroan dengan obligasi baru bertenor 15 tahun.
Surat utang tersebut adalah senior notes berjumlah US$150 juta dengan bunga 6,875 persen dan jatuh tempo pada 2024, serta senior notes sebesar US$225 juta dengan kupon 7,25 persen yang jatuh tempo pada 2025.
Selain itu, Sritex juga mengusulkan untuk membatalkan semua bunga, denda, dan biaya lain terkait utang hingga Sritex ditetapkan berada dalam posisi PKPU sementara.
Berdasarkan draft usulan penyelesaian utang, Sritex akan menukar obligasi US$150 juta yang akan jatuh tempo 2024, dengan dua obligasi baru.