Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara yang berada di level tertinggi dalam beberapa tahun dinilai belum cukup memacu investasi di tambang baru.
Harga emas hitam itu melonjak lantaran permintaan dari China ke Eropa mengalami rebound setelah terpukul pandemi Covid-19.
Kendati begitu, perusahaan tambang tetap ragu untuk berinvestasi dalam proyek baru karena akses pembiayaan yang makin sulit didapatkan. Apalagi, banyak negara mulai berkomitmen untuk membatasi konsumsi bahan bakar kotor seperti batu bara.
Hal ini tentu saja memunculkan tanda tanya atas permintaan jangka panjang.
Kondisi tersebut bertentangan dengan siklus komoditas biasanya, di mana harga tinggi merupakan sinyal untuk meningkatkan produksi sehingga dapat membawa pasar kembali ke keseimbangan.
"Kami memperkirakan sebagian besar penambang batu bara yang mengekspor ke pasar lintas laut akan berusaha menyerap kenaikan harga batu bara saat ini untuk meningkatkan neraca, daripada berkomitmen untuk mendorong pasokan baru," kata Viktor Tanevski, analis utama di Wood Mackenzie Ltd seperti dikutip Bloomberg, Jumat (11/6/2021).