Bisnis.com, JAKARTA — PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) harus berkelit dari kerugian selisih kurs akibat utang dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS) pada 1998.
Pelemahan mata uang memicu krisis finansial di kawasan Asia pada 1998. Penguatan dolar AS membuat berbagai korporasi di Indonesia harus menderita kerugian selisih kurs.
Pilar bisnis makanan Grup Salim, Indofood Sukses Makmur, juga menghadapi tantangan akibat selisih kurs. Laporan pemberitaan Koran Bisnis Indonesia edisi 16 Februari 1998 mencatat emiten berkode saham INDF itu merugi Rp456 miliar per 30 September 1997.
Indofood menderita kerugian akibat selisih kurs yang dibebankan sekaligus pada biaya operasi. Secara keseluruhan, emiten berkode saham INDF itu menderita kerugian selisih kurs Rp900 miliar akibat utang dalam dolar AS.
Berbagai upaya dilakukan INDF untuk mengerek kinerja. Salah satunya dengan menaikkan harga jual mi instan sebesar 50 persen.
Manajemen INDF saat itu sempat membeberkan mengenai kenaikan harga mi dalam artikel berjudul ‘Utang Indofood tak tertolong harga mie’ di Koran Bisnis Indonesia edisi 16 Februari 1998.