Bisnis.com, JAKARTA — Irama kehidupan si kecil Khouw Lip Boen, anak keempat dari enam bersaudara pasangan Liem Lian Kiok dan Khouw Sioe Djiang, begitu tenteram di Tegal sejak dekade 1930-an.
Kehabisan uang sehingga diusir dari rumah sewaan membuat Boen kecil sering berpindah-pindah rumah. Ada sedikitnya tujuh kali mereka harus berpindah rumah sewaan.
Pada 1942 Jepang mulai menjajah sehingga Boen kecil pun terpaksa mengungsi ke lereng Gunung Slamet hingga tiga bulan lamanya.
Boen juga pernah dihardik dan dipukul oleh gurunya saat mendapat nilai 5 dalam sebuah mata pelajaran. Peristiwa itu demikian membekas sehingga dia kemudian terobsesi untuk mendapatkan nilai terbaik dan bahkan berupaya untuk lompat kelas.
“Irama hidup yang penuh harmoni dan damai. Itulah yang membuat saya hanya bisa mengatakan satu hal tentang masa kecil, tenteram. Perkara pindah rumah sewaan berkali-kali dan hidup penuh keterbatasan bukan sejarah yang menyedihkan selama kami tetap bisa menerimanya dengan bahagia,” ujarnya dalam Ilmu Kunci Kemajuan (Alberthiene Endah, 2020: 9).