Bisnis.com, JAKARTA— Masuknya penyedia platform teknologi finansial bukanlah hal baru di pasar saham. Mampukah fintech tersebut berkembang?
Booming investasi di bidang teknologi akhirnya turut terasa di pasar saham. Pasar saham yang sebelumnya membesarkan perusahaan yang kini bermodal jumbo diharapkan menjadi wadah yang sama bagi fintech.
Kenyataannya, kendati usaha fintech cukup populer tak langsung membuat saham-sahamnya meroket karena kebanjiran permintaan. Di masa pandemi, saham fintech tetap tak kebal gejolak.
Nasib fintech saat melakukan pencatatan perdana pun masih menikmati lonjakan harga. Meskipun hal itu sementara, ada pula yang kini harus menerima bahwa gejolak pasar menggerus harga sahamnya bahkan lebih rendah dari harga ketika initial public offering (IPO) berlangsung.
Sebut saja, PT Kioson Komersial Indonesia Tbk. (KIOS) dan PT Bank Amar Tbk. (AMAR). KIOS yang tercatat di Bursa pada 2017 harga sahamnya berkurang hampir separuh.
Dibuka dengan Rp300 per saham, kini saham KIOS diperdagangkan seharga Rp170 per saham. Padahal, emiten penyedia solusi offline to online (O2O) ini pernah mengalami suspensi perdagangan karena harga sahamnya meroket beberapa hari setelah tercatat.