Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak 31 pengusaha besar atau konglomerat berkumpul di Tri S Ranch Tapos pada Minggu, 4 Maret 1990. Tampak hadir, diantaranya Ciputra, Liem Sioe Liong, Sudwikatmono, William Soeryadjaya, Eka Tjipta Widjaya, Soekanto Tanoto hingga Sofyan Wanandi, Bob Hasan, Prajogo Pangestu, The Ning King
Bukan tanpa sebab konglomerat-konglomerat itu hadir memenuhi undangan Presiden Soeharto di peternakan pribadi yang menjadi kebanggaannya dan kerap mengundang tamu-tamu khususnya.
Presiden ke-2 RI itu resah karena pembangunan lima tahun (Pelita) yang dijalankan sebanyak 4 kali (1969—1989) dan sudah membawa banyak kemajuan ternyata masih memicu kesenjangan antara kelompok pengusaha dengan masyarakat yang belum begitu menikmati pembangunan.
Karena itu, dalam Pelita V (1989-1994), Pak Harto pun mulai menggagas sebuah ide untuk mengurangi kesenjangan ekonomi.
“Sudah saatnya perusahaan-perusahaan besar yang berkembang pesat dalam beberapa waktu terakhir menyumbangkan secara langsung sebagian dari keuntungan mereka untuk kesejahteraan masyarakat luas,” tegas Presiden Soeharto saat menyampaikan pidato anggaran di DPR pada Januari 1990, seperti dikutip dari buku Mendobrak Sentralisme Ekonomi Indonesia, 1986-1992, yang ditulis Rizal Mallarangeng.
Nah, pertemuan Soeharto dengan 31 konglomerat adalah upayanya untuk merealisasikan idenya mendorong peran koperasi. Harian Bisnis Indonesia edisi Senin 5 Maret 1990 menurunkan berita berjudul Konglomerat Siap Menjual Saham ke Koperasi Bertahap.