Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Kian Mendidih Ditopang Permintaan Besar dari China

Harga minyak mentah menguat lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB didukung oleh prospek permintaan China.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menguat lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB didukung oleh penurunan tak terduga harga konsumen AS pada Desember 2022 serta optimisme atas prospek permintaan China.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari terangkat 1,27 persen menjadi US$78,39 per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret bertambah 1,65 persen menjadi US$84,03 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Indeks harga konsumen AS melambat 0,1 persen menunjukkan inflasi sekarang dalam tren penurunan berkelanjutan. Pengimpor minyak utama China membuka kembali ekonominya setelah berakhirnya pembatasan COVID-19 yang ketat, meningkatkan harapan akan permintaan minyak yang lebih tinggi.

Hal itu mendorong minyak dolar AS jatuh ke level terendah hampir 9 bulan terhadap euro setelah data inflasi mengangkat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan kurang agresif dengan kenaikan suku bunganya.

"Pasar menantikan data IHK dan kemungkinan kuat angka tersebut akan menyebabkan penurunan dolar, dengan korelasi terbalik yang meningkatkan penawaran minyak mentah," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York dikutip dari Antara.

Pada Rabu (11/1/2023), kedua harga acuan minyak melonjak 3,0 persen di tengah harapan prospek ekonomi global mungkin tidak sesuram yang dikhawatirkan banyak orang.

"Soft landing yang lebih lembut untuk AS, dan mungkin di tempat lain, dikombinasikan dengan pemulihan ekonomi yang kuat di China setelah gelombang COVID saat ini dapat menghasilkan tahun yang jauh lebih baik daripada yang ditakuti dan merangsang permintaan minyak mentah tambahan," kata Craig Erlam dari broker OANDA sebelum data IHK dikeluarkan.

Pasar juga bersiap untuk pembatasan tambahan pada pasokan minyak Rusia karena sanksi atas invasi ke Ukraina.

Badani Informasi Energi AS (EIA) mengatakan larangan Uni Eropa (UE) yang akan datang atas impor produk minyak bumi melalui laut dari Rusia pada 5 Februari bisa lebih mengganggu daripada larangan UE atas impor minyak mentah melalui laut dari Rusia yang diterapkan pada Desember 2022.

Membatasi kenaikan minyak adalah lompatan besar dan tak terduga dalam persediaan minyak mentah.

"Selain faktor China dan peningkatan ekuitas baru-baru ini di tengah beberapa pelemahan dolar, minyak tampaknya tidak memiliki banyak dorongan bullish, terutama jika dilihat dalam konteks neraca minyak mentah dan produk AS yang transparan," kata Jim Ritterbusch dari konsultan Ritterbusch and Associates.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper