Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Minyak Terancam Anjlok, Dibayangi Resesi dan The Fed

Berikut berbagai faktor yang membuat harga minyak dunia terancam anjlok. Gara-gara resesi global dan sikap hawkish The Fed?
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak menuju tren penurunan seiring perlambatan ekonomi global dan kebijakan moneter yang lebih ketat mulai melemahkan konsumsi energi.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (14/10/2022), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka turun di bawah US$89 per barel, membuat penurunan minggu ini menjadi 4 persen.

Data inflasi Amerika Serikat per September 2022 yang menembus 8,2 persen, mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga secara substansial pada dua pertemuan hingga akhir 2022.

Harga Minyak mentah juga berjuang untuk naik lantaran permintaan di China, importir terbesar di dunia, tetap lemah karena pemerintah terus menekan kebijakan zero Covid policy.

Minyak rebound pekan lalu dari posisi terendah pada September 2022, setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+) setuju untuk memangkas produksi.

Badan Energi Internasional memperingatkan pengurangan pasokan kelompok berisiko menyebabkan harga melonjak, berpotensi membawa ekonomi global ke dalam resesi.

Keputusan OPEC+ untuk mengurangi produksi membuat marah pemerintahan Joe Biden, dengan para pejabat kritis terhadap peran Arab Saudi. Biden mengatakan langkah pemangkasan produksi minyak akan membantu menjaga pendapatan tetap mengalir ke Moskow untuk mendukung invasinya ke Ukraina.

Presiden Joe Biden mengatakan dia akan mengumumkan tindakan baru minggu depan untuk memerangi harga bensin AS yang tinggi.

Ketika Fed menaikkan suku bunga, dolar AS yang lebih kuat telah menjadi pendorong untuk minyak mentah karena membuat harga komoditas dalam mata uang lebih mahal bagi investor luar negeri.

Indeks Spot Dolar Bloomberg menuju kenaikan mingguan, diperdagangkan mendekati rekor yang dicapai bulan lalu.

Spread waktu yang diamati secara luas telah menurun dalam beberapa pekan terakhir, menunjukkan pelonggaran keketatan pasar jangka pendek.

Spread Brent, perbedaan antara dua kontrak terdekat, berada US$1,69 per barel dibandingkan dengan US$2,03 Jumat lalu dan US$2,82 dua minggu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper