Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba ICBP dan INDF Amblas, Ini Komentar Bos Indofood Anthoni Salim

Anthoni Salim menggarisbawahi jika harga komoditas dan selisih kurs merupakan biang kerok penurunan kinerja ICBP dan INDF.
Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk Anthoni Salim (kanan) memberikan penjelasan kepada awak media usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dan luar biasa, di Jakarta, Rabu (29/5/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk Anthoni Salim (kanan) memberikan penjelasan kepada awak media usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dan luar biasa, di Jakarta, Rabu (29/5/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Dua emiten Grup Indofood, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) mengalami penurunan laba pada semester I/2022. Namun, bos Grup Indofood Anthoni Salim mengatakan bahwa dirinya puas dengan beberapa indikator yang dibukukan perseroan.

"Meskipun ketidakpastian kondisi global dan volatilitas harga-harga komoditas masih berlanjut, Indofood dapat meraih pertumbuhan nilai penjualan sebesar 12 persen di semester pertama tahun 2022," kata Salim dalam keterangannya, Rabu (31/8/2022).

Sebagai konteks, INDF memang masih membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi 12 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp52,79 triliun, dari sebelumnya Rp47,29 triliun. Laba usaha perusahaan juga masih tumbuh 4 persen yoy di tengah adanya penipisan margin.

Namun, naiknya harga komoditas yang beriringan dengan peningkatan beban, juga rugi selisih kurs yang belum terealisasi dari kegiatan pendanaan bikin INDF membukukan penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk 16 persen. Tepatnya, dari Rp3,43 triliun jadi Rp2,9 triliun.

Ilustrasi performa yang tidak beda jauh juga dipertunjukkan oleh entitas turunan INDF, yakni ICBP.

Produsen mi instan Indomie ini melaporkan kenaikan pendapatan 16 persen yoy pada semester I/2022. Tepatnya dari Rp28,2 triliun jadi Rp32,59 triliun . Namun, lonjakan harga komoditas membuat laba usaha perseroan menipis ke level yang 8 persen lebih rendah yoy. Tepatnya dari Rp6,36 triliun jadi Rp5,88 triliun saja.

Perseroan juga mengalami kerugian kurs yang belum terealisasi dari pendanaan. Imbasnya bisa ditebak: laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mentok di level Rp1,93 triliun, amblas 40 persen yoy. 

Di sisa tahun ini, Salim berjanji perusahaannya akan tetap berjuang keras untuk memperbaiki rapor bisnisnya. Secercah harapan, menurutnya, masih tampak bila melihat perbandingan kondisi perekonomian global dengan situasi di Indonesia.

"Di tengah perekonomian global yang melambat, kondisi perekonomian Indonesia relatif baik. Kami akan terus fokus pada upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan volume penjualan dan profitabilitas," imbuh Salim.

Hingga penutupan perdagangan Selasa (30/8) kemarin, saham INDF dan ICBP masing-masing memiliki label harga Rp6.500 dan Rp8.725 per saham.

INDF mengalami koreksi 2,26 persen sepekan terakhir, meski dalam tren pergerakan menguat sekitar 4 persen year-to-date (ytd). Sementara itu, pergerakan ICBP cenderung terkoreksi tipis 0,85 persen sepekan terakhir dan dalam tren stabil lewat penguatan sekitar 1 persen ytd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper