Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Koreksi Ditekan Saham Amazon, Apple dan Microsoft

Wall Street turun pada akhir perdagangan Sabtu pagi WIB karena aksi jual yang dipimpin oleh saham berkapitalisasi besar seperti Amazon.com, Apple dan Microsoft.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street turun pada akhir perdagangan Sabtu pagi WIB karena aksi jual yang dipimpin oleh saham berkapitalisasi besar seperti Amazon.com, Apple dan Microsoft.

Investor menjual saham big caps karena imbal hasil obligasi AS naik dengan S&P 500 membukukan kerugian untuk minggu ini setelah empat pekan berturut-turut naik.

Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 292,30 poin atau 0,86 persen, menjadi menetap di 33.706,74 poin. Indeks S&P 500 berkurang 55,26 poin atau 1,29 persen, menjadi berakhir di 4.228,48 poin. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 260,13 poin atau 2,01 persen, menjadi ditutup di 12.705,21 poin.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumer non-primer dan keuangan masing-masing merosot 2,10 persen dan 2,02 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, kelompok perawatan kesehatan dan energi naik tipis.

Ketiga indeks utama mencatat kerugian untuk minggu ini. Indeks S&P 500 turun sekitar 1,2 persen dan Nasdaq jatuh 2,6 persen dalam penurunan mingguan pertama mereka setelah empat minggu naik. Dow kehilangan sekitar 0,2 persen untuk minggu ini.

Amazon.com, Apple dan Microsoft semuanya jatuh dan merupakan hambatan terbesar pada S&P 500 dan Nasdaq. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung negatif untuk saham-saham teknologi dan pertumbuhan, yang penilaiannya lebih bergantung pada arus kas masa depan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS menguat, dengan imbal acuan obligasi AS 10-tahun hampir mencapai 3,0 persen, setelah Jerman melaporkan rekor kenaikan harga produsen bulanan yang tertinggi.

Investor telah menimbang seberapa agresif Federal Reserve mungkin perlu menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.

Presiden Federal Reserve Richmond, Thomas Barkin mengatakan pada Jumat (19/8/2022) bahwa pejabat bank sentral AS memiliki "banyak waktu" sebelum mereka perlu memutuskan seberapa besar kenaikan suku bunga untuk disetujui pada pertemuan kebijakan 20-21 September mereka.

"Kenaikan suku bunga di seluruh dunia dan pembicaraan keras dari para bankir sentral digunakan sebagai alasan untuk mendorong saham lebih rendah dalam volume yang sangat ringan pada sesi Jumat (19/8/2022) Agustus," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities di New York dikutip dari Antara.

Adapun, volume transaksi di bursa AS mencapai 10,01 miliar saham, merupakan salah satu volume harian terendah tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper