Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Terdorong Inflasi AS yang Melandai, Dolar AS Lesu

Harga emas memperpanjang keuntungan di atas level psikologis US$1.800 seiring dengan melandainya data inflasi yang menekan dolar AS.
Harga emas memperpanjang keuntungan di atas level psikologis US$1.800 seiring dengan melandainya data inflasi yang menekan dolar AS. /Bloomberg
Harga emas memperpanjang keuntungan di atas level psikologis US$1.800 seiring dengan melandainya data inflasi yang menekan dolar AS. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas naik pada akhir perdagangan Rabu (10/8/2022) atau Kamis pagi WIB) setelah rilis data inflasi AS yang melandai sehingga menekan dolar AS.

Harga emas memperpanjang keuntungan di atas level psikologis US$1.800 untuk hari ketiga berturut-turut ditopang oleh dolar AS yang lebih lemah setelah data menunjukkan bahwa inflasi Amerika Serikat melambat, mengutip Antara.

Harga emas paling Comex kontrak Desember naik US$1,40 atau 0,08 persen menjadi US$1.813,70 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi pada US$1.824,60.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya yang dipimpin oleh euro, mencapai level terendah satu bulan di 104,51.

Dolar jatuh setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (10/8) bahwa indeks harga konsumen (IHK) AS atau data inflasi melambat ke tingkat tahunan 8,5 persen pada Juli dari 9,1 persen pada Juni.

Para analis pasar berpendapat bahwa meskipun penurunan tajam harga bensin membantu memperlambat IHK, tekanan inflasi tetap kuat, terutama di sektor jasa inti.

"Ini adalah laporan inflasi yang disambut baik karena setiap metrik berada di bawah perkiraan konsensus," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA.

Menurutnya, data IHK yang lebih dingin dari perkiraan mendorong emas karena para pedagang mulai memposisikan portofolio mereka untuk poros Fed pada September.

"Ini bukan kesimpulan yang pasti bahwa Fed akan jauh lebih tidak agresif dengan menaikkan suku bunga, tetapi pedagang saham mungkin tetap sedikit agresif di sini," tambah Moya.

Pembacaan inflasi utama pada hari Rabu menunjukkan harga moderat bulan lalu, memberikan harapan kepada investor bahwa pembuat kebijakan Federal Reserve dapat mengurangi besarnya kenaikan suku bunga.

Pasar keuangan mulai memperkirakan kenaikan suku bunga seperempat poin lagi ke kisaran 3,5 persen-3,75 persen pada awal tahun depan. Namun, peluang kenaikan suku bunga berbalik setelah laporan CPI. Pasar sekarang melihat sekitar 40 persen peluang kenaikan 75 basis poin pada bulan September, menurut FedWatch CME Group.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara, Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper