Bisnis.com, JAKARTA – Lo Kheng Hong acap dikenal atas kejeliannya mengidentifikasi saham-saham murah dengan prospek menggiurkan untuk jangka panjang. Pak Lo, dalam berbagai kesempatan, kerap menyebut saham-saham semacam ini dengan istilah “saham Mercy seharga bajaj.”
Salah satu kisah sukses yang sampai sekarang masih jadi legenda adalah kiprah Lo Kheng Hong di saham PT United Tractors Tbk. (UNTR). Pak Lo pernah berkisah kalau dirinya pertama kali membeli saham emiten Grup Astra tersebut pada 1998.
“Saat itu harga sahamnya Rp250, ini Mercy yang dijual di harga bajaj,” tuturnya dalam acara peluncuran buku autobiografi, 23 April 2021.
Lo Kheng Hong, saat itu, menyadari bahwa UNTR adalah perusahaan yang menarik.
Saham emiten ini memang belum banyak dilirik karena laporan keuangannya menunjukkan utang yang besar. Namun, dengan mempertimbangkan tren laba usaha dan neraca yang solid, Pak Lo punya keyakinan besar kalau cepat atau lambat utang ini bisa diatasi.
Hingga 6 tahun sejak hari pertamanya menebus saham UNTR, Pak Lo terus-terusan melakukan akumulasi. Pada akhirnya, dia melepas kepemilikannya pada 2004, ketika harga saham UNTR sudah mencapai kisaran Rp15.000 per lembar. Level yang disebutnya sudah “seharga Mercy.”
Dari penjualan tersebut, Pak Lo mengantongi duit sekitar Rp90 miliar.
Investor saham yang dijuluki Warren Buffet Indonesia Lo Kheng Hong memaparkan materinya pada acara Mega Talkshow Investasi 2020 di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat, Sabtu (7/3/2020). - Bisnis/Rachman
UNTR sebenarnya bukan satu-satunya. Jika dirunut maju, Pak Lo mengulangi taktik serupa untuk mengais cuan di beberapa saham seperti PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. (MBAI) dan PT Panin Financial Tbk. (PNLF).
Sebelum UNTR, Lo juga lebih dulu menjajal strategi serupa di PT Rig Tenders Tbk. (RIGS). Tepatnya sejak medio 1993.
Namun, kisah sukses di UNTR tetap menimbulkan salah satu kesan manis di ingatan generasi sekarang. Mengingat, emiten ini merupakan salah satu perusahaan yang konsisten berada di tier atas pasar modal.
TONGGAK PENTING
Sejarah UNTR sendiri cukup panjang. Dikutip dari berbagai sumber arsip, perusahaan ini semula berdiri dengan nama PT Inter Astra Motor Works. Badan hukum perseroan disahkan pada 13 Oktober 1972.
Namun, sekitar sebulan setelah berdiri, tepatnya pada 28 November, perusahaan mengganti namanya menjadi PT United Tractors.
United Tractors kemudian resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 19 September 1989. Alias, sekitar 9 tahun sebelum Lo Kheng Hong hadir sebagai investor ritel di dalamnya.
Saat itu, UNTR masih diawasi oleh mendiang pendiri Grup Astra, William Soeryadjaya sebagai presiden komisaris. Om Willem ditemani oleh proksi-proksi lainnya seperti TP Rachmat (kemudian mendirikan Grup Triputra), Benyamin Arman, Subagio Wiryoatmodjo, hingga Ateng Yogasara.
Di saat yang sama, ketika masuk ke bursa, perusahaan masih dinakhodai sosok Benny Subianto yang juga salah satu pentolan Grup Astra.
Walau baru resmi tercatat 19 September 1989, langkah UNTR masuk ke pintu bursa sudah dimulai sejak awal Agustus. Perusahaan pertama kali merilis prospektusnya pada 2 Agustus 1989, tepat hari ini 33 tahun silam.
Prospektus tersebut juga sempat tayang di Harian Bisnis Indonesia edisi 2 Agustus 1989.
Saat itu, lewat keterbukaannya, UNTR mengumumkan IPO dengan target dana dihimpun senilai Rp19,57 miliar. Angka tersebut tergolong besar pada masanya, kendati sepintas tampak kecil bila dilihat dengan nilai rupiah hari ini.
Perusahaan menggalang nominal tersebut dengan penerbitan 2.700.000 saham publik pada harga pelaksanaan Rp7.250 per saham. Porsi itu mewakili 11,74 persen dari keseluruhan saham publik setelah IPO yang berjumlah 23 juta lembar.
Publikasi prospektus IPO UNTR di Harian Bisnis Indonesia edisi 2 Agustus 1989.
Dalam penjelasan lanjutan, manajemen UNTR memaparkan kalau mereka punya tiga tujuan utama untuk datang ke lantai bursa.
Pertama adalah mendukung program pemerintah untuk meningkatkan geliat pasar modal, dan kedua adalah untuk memperkukuh posisi keuangan.
“Tujuan penawaran umum juga untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memiliki saham perseroan dan ikut menikmati hasilnya,” tulis mereka, terkait tujuan terakhir.
EMITEN DERMAWAN
Seiring perjalannnya, UNTR memegang janjinya. Sebab bukan cuma mengalami kenaikan valuasi, perusahaan juga termasuk dalam golongan emiten yang royal berbagi dividen kepada para investor. Ini bisa dilihat dari konsistennya UNTR tampil sebagai penghuni indeks saham IDX High Dividend 20.
Sebagai catatan, IDX High Dividend 20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai dengan yield tinggi selama 3 tahun terakhir.
Kedatangan pandemi Covid-19 sejak awal 2020 memang sempat membuat pergerakan saham UNTR beberapa kali mengalami goncangan. Namun, belakangan performanya relatif moncer.
Alat berat memindahkan batu bara ke dump truck di tambang batubara yang dioperasikan oleh PT Khotai Makmur Insan Abadi di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). - Bloomberg/Dimas Ardian
Sampai penutupan perdagangan Senin (1/8/2022) misal, saham UNTR ditransaksikan investor pada harga Rp32.300 per saham. Secara year-to-date (ytd), nominal harga ini menggambarkan tren kenaikan 45,82 persen dari posisi awal tahun Rp22.150 per saham.
Terdongkraknya performa UNTR tidak bisa dilepaskan dari faktor tren naik harga komoditas.
Bukan saja karena perusahaan memiliki bisnis kontraktor dan pertambangan, tapi juga lantaran mereka turut berfokus pada segmen penjualan alat berat. Kebutuhan alat berat sedang dalam tren tinggi seiring lomba-lomba perusahaan tambang memacu produksi.
Pada semester I/2022, misalnya, UNTR mampu menjual alat berat sebanyak 2.873 unit. Angka itu melonjak 111,09 persen dari realisasi penjualan 1.361 unit di semester I/2021. Realisasi itu juga telah melampaui separuh dari target tahunan perseroan 2022 yang dipatok 4.800 unit oleh manajemen.
Karenanya, tidak heran kalau UNTR mampu meraup laba bersih Rp10,4 triliun sepanjang Januari-Juni 2022. Angka ini lagi-lagi naik 129 persen dari rapor Rp4,5 triliun year-on-year (yoy). Sampai dengan semester I/2022, pendapatan bersih konsolidasian UNTR mencapai Rp 60,4 triliun atau meningkat 62 persen yoy.
----
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.