Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Berakhir Tumbang Nyaris Rp15.000 per Dolar AS, Stagflasi Menghantui

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan sinyal kebijakan baru dalam menyikapi perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Petugas bank menunjukkan uang di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (28/6/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Petugas bank menunjukkan uang di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (28/6/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), hampir menembus Rp15.000 per dolar AS pada perdagangan Selasa (5/7/2022).

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang Garuda ditutup turun 22 poin atau 0,15 persen ke level Rp14.993 per dolar AS.

Sementara itu, mata uang Asia lainnya ditutup bervariasi yakni yen Jepang yang melemah 0,24 persen, won Korea Selatan yang melemah 0,26 persen, yuan China yang menguat 0,02 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,13 persen.

Sementara itu, indeks dolar di pasar spot tercatat menguat 0,49 persen ke level 105,66.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar menguat terhadap mata uang lainnya di Selasa (5/7/2022), karena mendapatkan dukungan dari rebound kuat dalam imbal hasil Treasury 10 tahun AS yang melewati 2,95 persen setelah dibuka kembali dari hari libur.

Selain itu, Presiden AS Joe Biden dapat mengumumkan pembatalan beberapa tarif AS untuk barang-barang konsumen China minggu ini untuk melawan inflasi. Pemerintahan Biden juga dapat mengungkap penyelidikan subsidi industri, yang mungkin mengarah pada lebih banyak tugas di bidang strategis seperti teknologi.

Sementara itu, di Asia Pasifik, aktivitas layanan China tumbuh pada tingkat tercepat pada Juni dalam hampir setahun karena pembatasan Covid-19 yang telah berkurang dan permintaan dihidupkan kembali. Indeks manajer pembelian (PMI) layanan Caixin China naik menjadi 54,5 di bulan Juni.

Dari dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan sinyal kebijakan baru dalam menyikapi perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan mempengaruhi kondisi dalam negeri. Hal ini ditandai dengan risiko stagflasi seiring kenaikan suku bunga dan kebijakan secara global di tengah ekonomi yang baru pulih, serta makin luasnya kebijakan proteksionisme oleh berbagai negara.

"Karena hal tersebut, BI memberikan sinyal kebijakan baru dalam beberapa bulan ke depan, untuk menyikapi perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan mempengaruhi kondisi dalam negeri," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (5/7/2022).

Adapun untuk perdagangan besok, Rabu (6/7/2022), Ibrahim memprediksi mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.990-Rp15.050.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper