Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Acuan Ditahan 3,5 Persen, Begini Proyeksi Nasib Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan bahwa berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 22—23 Juni 2022, bank sentral memutuskan untuk tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo (BI7DRR) 3,50 persen.
Proyeksi nilai tukar rupiah saat suku bunga acuan ditahan. /Bisnis-Abdullah Azzam
Proyeksi nilai tukar rupiah saat suku bunga acuan ditahan. /Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia atau LPEM UI menilai bahwa langkah Bank Indonesia dalam mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,50 persen dapat menjaga stabilitas nilai tukar dan harga. Inflasi dinilai masih terjaga sehingga belum waktunya terjadi kenaikan suku bunga.

Hal tersebut tercantum dalam laporan analisis makroekonomi LPEM UI bertajuk BI Board of Governor Meeting yang dipublikasikan pada Kamis (23/6/2022). Lembaga tersebut menilai bahwa Indonesia masih berada dalam jalur pemulihan dengan kinerja ekonomi yang kuat dan surplus neraca dagang yang berkelanjutan.

Banyak bank sentral yang menetapkan kebijakan moneter lebih hawkish, yakni dengan menaikkan suku bunga acuan dan mengurangi pembelian aset untuk menahan laju inflasi. Namun, LPEM UI menilai bahwa Bank Indonesia (BI) belum perlu melakukan langkah serupa karena kondisi yang relatif masih terkendali.

"Kebijakan BI harus tetap behind the curve dengan mempertahankan suku bunga acuan di 3,50 persen sambil melanjutkan langkah-langkah makroprudensial yang akomodatif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," tertulis dalam laporan itu, dikutip pada Kamis (23/6/2022).

LPEM UI menilai bahwa meningkatnya mobilitas masyarakat dan aktivitas produksi membuat kondisi ekonomi dalam negeri tetap berada dalam jalur pemulihan meskipun kondisi global sedang gonjang-ganjing. Inflasi inti tercatat masih rendah dan terkendali, walaupun inflasi umum meningkat secara bertahap.

Nilai tukar rupiah dinilai masih relatif stabil, didukung oleh cadangan devisa dan harga komoditas yang tinggi. Hal tersebut membantu memperpanjang rangkaian surplus neraca perdagangan dan transaksi berjalan.

"Mempertimbangkan kondisi domestik dan eksternal, kami melihat BI tidak perlu terburu-buru menaikkan suku bunga kebijakan karena pengetatan moneter saat ini akan mengganggu kemajuan pemulihan ekonomi," tertulis dalam laporan tersebut.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan bahwa berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 22—23 Juni 2022, bank sentral memutuskan untuk tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo (BI7DRR) di 3,50 persen. Lalu, suku bunga deposit facility ditetapkan di 2,75 persen dan suku bunga lending facility 4,25 persen.

"Keputusan ini sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar, serta tetap mendukung pertumbuhan ekonomi, di tengah naiknya tekanan eksternal terkait dengan meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara," ujar Perry pada Kami (23/6/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmat Wibisono
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper