Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Dibuka Menguat Meski Ada Kekhawatiran The Fed

Bursa Asia seperti Jepang dan Australia dibuka menguat meskipun ada kekhawatiran The Fed mengerek suku bunga lanjutan.
Tokyo Stock Exchange. Bursa Asia seperti Jepang dan Australia dibuka menguat meskipun ada kekhawatiran The Fed mengerek suku bunga lanjutan. /Bloomberg
Tokyo Stock Exchange. Bursa Asia seperti Jepang dan Australia dibuka menguat meskipun ada kekhawatiran The Fed mengerek suku bunga lanjutan. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia cenderung menguat meski diterpa sentimen negatif rencana kenaikan suku bunga lanjutan Federal Reserve dan risiko resesi ekonomi.

Pada perdagangan Kamis (23/6/2022) pukul 08.30 WIB, S&P/ASX200, salah satu indeks saham di Bursa Australia naik 0,48 persen menjadi 6.540,01, sementara indeks di Bursa Jepang, Nikkei 225 naik 0,62 persen dan Topix naik 0,53 persen.

Padahal, saham di Asia Pasifik diperkirakan mengalami penurunan serentak pada perdagangan Kamis (23/6/2022) dengan investor mengawasi kemungkinan resesi.

Analis OCBC Sekuritas Hendy Andrean menyebutkan, setelah sempat menguat, saham-saham di Amerika Serikat juga langsung anjlok dalam semalam.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 47,12 points, atau 0,15 persen ke 30.483,13. Selanjutnya, S&P 500 tergelincir 0,13 persen ke 3.759,89, dan indeks komposit Nasdaq Composite turun 0,15 persen ke 11.053,08.

"Hal ini karena sebelumnya, Kepala The Fed Jerome Powell mengatakan pada Kongres bahwa bank sentral sangat berkomitmen untuk menurunkan inflasi, yang mencapai level tertinggi 40 tahun di AS," ungkap Hendy dalam riset harian, Kamis (23/6/2022).

Perkiraan global untuk pasar Asia beragam untuk lebih rendah di tengah kekhawatiran pengetatan kebijakan lanjutan dan resesi di seluruh dunia. Pasar Eropa dan AS turun dan pasar Asia diperkirakan akan dibuka dengan cara yang sama.

Perdagangan berombak di Wall Street terjadi karena para pedagang bereaksi terhadap kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Komite Perbankan Senat. Powell mengindikasikan rencana Fed untuk terus bergerak cepat untuk memerangi inflasi tetapi berpendapat ekonomi AS cukup kuat untuk menangani kebijakan moneter yang lebih ketat.

Powell mengatakan laju kenaikan suku bunga di masa depan akan tergantung pada data yang masuk dan prospek ekonomi yang berkembang dan menyarankan The Fed perlu melihat "bukti kuat" bahwa inflasi melambat sebelum mulai mengurangi rencana pengetatan kebijakan moneternya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper