Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Rebound, Biden Pede Resesi Ekonomi Bisa Ditanggulangi

Rebound di pasar AS terjadi setelah Presiden Joe Biden mengatakan sedang mempertimbangkan pelonggaran tarif barang-barang China yang telah dikenakan selama pemerintahan sebelumnya.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat parkir di zona hijau pada penutupan perdagangan Senin (23/5/2022) waktu setempat lantaran investor mengabaikan beberapa volatilitas baru-baru ini dan mencerna komentar baru terkait perdagangan dari pemerintahan Biden.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (24/5/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 1,98 persen atau 618,34 poin ke 31.880,24, S&P 500 melejit 1,86 persen atau 72,39 poin ke 3.973,75, dan Nasdaq menanjak 1,59 persen atau 180,66 poin ke 11.535,27.

Mengutip Yahoo Finance, rebound terjadi setelah Presiden Joe Biden mengatakan dia sedang mempertimbangkan pelonggaran tarif barang-barang China yang telah dikenakan selama pemerintahan sebelumnya.

Pernyataan Biden, yang dibuat selama konferensi pers dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, muncul setelah Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan pekan lalu bahwa dia mendorong pemerintahan Biden untuk menghapus tarif yang katanya memberikan kerugian pada konsumen dan bisnis di AS.

Kemungkinan beberapa pelonggaran tarif sementara ekonomi AS bergulat dengan tingkat inflasi yang tinggi selama beberapa dekade membantu setidaknya untuk sementara meningkatkan aset berisiko yang telah terpukul dalam beberapa pekan terakhir.

Beberapa sentimen yang menekan pasar saham di antaranya kegelisahan atas kenaikan harga, kebijakan moneter Federal Reserve yang lebih agresif, dan kekhawatiran internasional di Ukraina dan Cina.

Pada bagian lain, Joe Biden dan Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva juga sama-sama menampik potensi resesi global akibat kekhawatiran stagflasi.

Sebelumnya pada Jumat (20/5/2022), S&P 500 telah membukukan kerugian mingguan ketujuh berturut-turut minggu lalu dalam penurunan beruntun terpanjang sejak 2001. Pada titik terburuknya akhir pekan lalu, indeks merosot sebanyak 20,6 persen dari rekor tertinggi Januari hingga diperdagangkan dalam posisi bearish.

Adapun melansir Bloomberg, Selasa (24/5/2022) saham Asia terlihat bersiap untuk awal perdagangan yang beragam pada Selasa karena para pedagang mencerna aksi jual awal di ekuitas berjangka AS dan lebih banyak langkah China untuk meningkatkan ekonomi. 

Saham berjangka AS turun dengan kontrak Nasdaq 100 anjlok setelah pemilik Snapchat Snap Inc. memperingatkan tren ekonomi makro yang memburuk dan mengatakan tidak mungkin memenuhi perkiraan pendapatan dan laba untuk kuartal kedua. Media sosial kelas berat Meta Platform Inc. jatuh pada perdagangan pascapasar, sementara saham raksasa pencarian internet Alphabet Inc. juga ikut melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper