Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harap Bersabar, Investasi Telkom di GOTO Cetak Unrealized Loss Rp881 Miliar

Penurunan harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) yang signifikan membuat PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) membukukan unrealized loss hingga Rp811 miliar.
Layar menampilkan Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Muhammad Fajrin Rasyid memberikan pemaparan saat sesi diskusi bertema Ekonomi Digital dalam Menciptakan Efisiensi Bisnis dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022 di Jakarta, Kamis (16/12/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Layar menampilkan Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Muhammad Fajrin Rasyid memberikan pemaparan saat sesi diskusi bertema Ekonomi Digital dalam Menciptakan Efisiensi Bisnis dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022 di Jakarta, Kamis (16/12/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) yang signifikan membuat PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) harus membukukan unrealized loss atau kerugian yang belum terealisasi hingga Rp811 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2022, TLKM menderita' kerugian' hingga Rp881 miliar akibat berinvestasi pada saham teknologi tersebut. Sebagai catatan, BUMN itu menderita kerugian bahkan ketika harga saham GOTO berada di level IPO.

Per tanggal 31 Maret 2022, Telkomsel, anak usaha TLKM menyatakan nilai wajar investasi saham di GoTo dengan menggunakan nilai penawaran saham GoTo pada saat IPO sebesar Rp338 per saham.

“Jumlah kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasi Telkomsel pada GoTo pada tanggal 31 Maret 2022 adalah sebesar Rp881 miliar disajikan sebagai kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi dalam laporan laba rugi konsolidasian,” sebut manajemen dikutip Kamis (12/5/2022).

Dengan demikian, BUMN itu menderita kerugian investasi yang belum direalisasikan atau unrealized loss. Hal itu berarti, kerugian yang belum direalisasi adalah penurunan nilai investasi yang sedang berjalan. 

Pada tanggal 16 November 2020, Telkomsel mengadakan perjanjian dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB) untuk investasi dalam bentuk Obligasi Konversi (CB) tanpa bunga sebesar US$150 juta atau setara dengan Rp2,11 triliun.

CB tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 16 November 2023. Investasi itu, tulis manajemen, tujuannya bukan untuk mengumpulkan arus kas kontraktual dan bukan semata-mata pembayaran pokok dan bunga atas pokok yang terhutang, sehingga diklasifikasikan sebagai FVTPL.

Pada 17 Mei 2021, AKAB dan PT Tokopedia merger menjadi PT GoTo Gojek Tokopedia (GoTo). Merger ini membuat Telkomsel mengeksekusi CB sesuai dengan perjanjian yang dikonversi menjadi saham.

Berdasarkan perjanjian CB, GoTo akan membayar total jumlah konversi kepada Telkomsel, dan setelah menerima jumlah konversi tersebut, Telkomsel harus segera membayar jumlah konversi kepada GoTo sesuai dengan Perjanjian Pemesanan Saham.

Pada tanggal 18 Mei 2021, Telkomsel telah menandatangani Perjanjian Pembelian Saham untuk memesan 29.708 lembar saham konversi atau sebesar US$150 juta setara dengan Rp2,11 triliun dan 59.417 lembar saham tambahan dari opsi pembelian saham atau senilai US$300 juta setara dengan Rp4,29 triliun.

Berdasarkan perubahan akta pada tanggal 19 Oktober 2021, GoTo melakukan stock split dan mengubah jumlah kepemilikan saham Telkomsel dari 89.125 lembar saham menjadi 23.722.133.875 lembar saham.

Akibat kerugian investasi, laba usaha emiten berkode saham TLKM itu menciut dari posisi Rp8,38 triliun menjadi Rp7,85 triliun. Setelah dikurangi dengan pajak dan lain-lain, laba bersih perseroan menjadi Rp7,88 triliun.

Secara terpisah, Senior Vice President, Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengatakan untuk investasi Telkomsel di Gojek, valuasi perusahaan bisa naik dan turun sesuai dengan kondisi capital market.

"Seperti misalnya tahun lalu, kami mencatatkan unrealized gain atas investasi GoTo sebesar Rp2,5 triliun. Namun investasi Telkomsel di GoTo tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek capital gain/loss, melainkan aspek yang lebih besar luas lagi yaitu sinergi upaya membangun ekosistem digital yang lebih besar," kata dia kepada Bisnis, Jumat (13/5/2022)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper