Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab IHSG Anjlok 2 Persen, Kenapa Data Inflasi AS Penting?

Analis mengungkapkan faktor penyebab IHSG anjlok, yang salah satunya merupakan sentimen penurunan Wall Street akibat lonjakan data inflasi AS.
Pengunjung beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/1/2021).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/1/2021).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya inflasi AS digadang-gadang menjadi penyebab indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok. Setelah lesu 3 hari beruntun, pagi ini IHSG kembali terkoreksi 2 persen.

Pukul 10.00 WIB, IHSG turun 1,98 persen atau 135,18 poin menjadi 6.681,02. Sepanjang pagi ini, indeks bergerak di rentang 6.678,16-6.802,33.

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya menjelaskan data inflasi AS yang dirilis semalam membuat Bursa AS atau Wall Street tertekan. Inflasi AS pada April 2022 mencapai 8,3 persen year on year (yoy) melampaui ekspektasi pasar 8,1 persen.

Di sisi lain, inflasi inti yang meniadakan faktor makanan dan energi meningkat 0,6 persen month on month (mom) pada April 2022, naik dari 0,3 persen pada bulan sebelumnya.

"Data inflasi AS yang masih tinggi membuat ekspektasi Federal Reserve (The Fed) akan tetap agresif menaikkan suku bunga," ujarnya, Kamis (12/5/2022).

Menurutnya, dengan sentimen hawkish atau ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang tinggi, maka pasar saham AS bakal tertekan.

Setelah rilis data inflasi, Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester mengatakan dia melihat kasus untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada dua pertemuan Fed berikutnya, sementara membuka peluang untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin yang berpotensi lebih besar.

Selain itu, sambung Hariyanto, saham-saham teknologi global cenderung tertekan. Hal ini turut menekan saham teknologi berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia, seperti PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), dan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA).

Selama ada tren penaikkan suku bunga global, sambung Hariyanto, saham-saham teknologi di berbagai bursa dunia under pressure. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi sejumlah market negara lain.

"Jadi agak berhati-hati bermain saham teknologi saat ini."

Analis OCBC Sekuritas Hendry Andrean menjelaskan saham-saham di Asia-Pasifik turun pada perdagangan Kamis pagi menyusul kerugian semalam di Wall Street, setelah data menunjukkan indeks harga konsumen di Amerika Serikat pada April tetap mendekati level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun.

"Saham di Wall Street turun setelah rilis data inflasi konsumen AS. Nasdaq Composite yang padat teknologi tertinggal karena turun 3,18 persen menjadi 11.364,24 sementara S&P 500 yang lebih luas turun 1,65 persen menjadi 3.935,18. Dow Jones Industrial Average turun 326,63 poin, atau 1,02 persen, menjadi 31.834,11," urainya dalam riset, Kamis (12/5/2022).

Dari dalam negeri, hasil survei Bank Indonesia Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) membaik. IKK April 2022 sebesar 113,1, meningkat dari 111,0 pada bulan sebelumnya.

Dengan demikian, dia memperkirakan IHSG netral dengan black candle volume lebih rendah sementara momentum dalam histogramnya masih menurun dengan level support di 6.640.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper