Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Rebound di Awal Perdagangan, Investor Tunggu Data Inflasi

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,25 persen ke level 32.653,06 pada pukul 08.42 WIB, sedangkan indeks S&P 500 menguat 1,4 persen ke 4.047,26 dan Nasdaq Composite menguat 1,78 persen ke level 11.833,10.
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg
Pelaku pasar sedang memantau perdagangan di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, Senin (20/9/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) mampu rebound pada awal perdagangan Selasa (10/5/2022), mematahkan reli pelemahan yang menghapus kapitalisasi pasar hingga US$9 triliun.

Berdasarkan data Bloomberg indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,25 persen ke level 32.653,06 pada pukul 08.42 WIB, sedangkan indeks S&P 500 menguat 1,4 persen ke 4.047,26 dan Nasdaq Composite menguat 1,78 persen ke level 11.833,10.

Indeks S&P 500 naik dari level terendah sejak 13 bulan terakhir. Meskipun pulih, sentimen masih tetap volatil di tengah kekhawatiran atas inflasi yang tinggi, kebijakan moneter yang lebih ketat dan perlambatan ekonomi.

Sejumlah saham sektor teknologi menguat, di antaranya Amazon Inc. yang naik 3,27 persen dan Apple Inc. menguat 1,82 persen. Sementara itu, saham Tesla menguat 1,45 persen dan saham induk Facebook, Meta Platforms Inc naik 0,51 persen.

Investor akan menantikan komentar dari sejumlah pejabat Federal Reserve untuk petunjuk terhadap rencana kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut, menjelang rilis data inflasi AS pada hari Rabu. Sementara itu, imbal hasil Treasury tenor 10-tahun turun di bawah 3 persen dan dolar AS melemah.

Indeks dolar AS terpantau turun 0,01 persen atau 0,01 poin ke level 103,64.

Presiden The Fed wilayah New York John Williams mengatakan kenaikan suku bunga The Fed dapat menyebabkan kenaikan tingkat pengangguran karena upaya mencegah ekonomi dari efek “hard landing” sambil mengatasi lonjakan inflasi.

Sementara itu, rekan sejawatnya di Richmond Thomas Barkin mengatakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan yang tidak menimbulkan rangsangan atau menekan permintaan, sebelum kemudian memutuskan apakah harus melangkah lebih jauh atau tidak.

Kepala investasi Treasury Partners Richard Saperstein mengatakan saham kemungkinan menemukan titik terendah ketika Federal Reserve memberi sinyal jeda dalam rencana kenaikan suku bunga.

“(Ditambah jika) inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda atau akumulasi saham menjadi sangat menarik," tulis Saperstein dalam risetnya, dikutip Bloomberg, Selasa (10/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper