Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Pasar Global Soroti Indonesia, Ketidakpastian Bebani Harga CPO

Pelaku dipasar global fokus memantau perkembangan lebih lanjut akan situasi di pasar CPO Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan produsen CPO terbesar pertama dunia.
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga CPO sempat turun pekan lalu sejak awal hingga setelah lebaran lantaran pasar waspada ditengah ketidakpastian pasar CPO Indonesia mengenai maraknya berita tentang mafia minyak goreng.

Mengutip data Bloomberg sampai dengan penutupan perdagangan Kamis (5/5/2022), harga CPO Malaysia turun 301 poin atau sekitar 3,92 persen ke 7.382 ringgit per ton, setelah pada awal Maret naik ke atas 8.100 ringgit per ton, dan berada di kisaran 7.700 per ton pada 28 April 2022.

Tim Riset ICDX mengatakan, saat ini pelaku pasar menanti kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Indonesia dalam mengatasi lonjakan harga minyak goreng dalam negeri.

Dari Malaysia juga sedang dilanda ketidakpastian terkait dengan masalah kenaikan upah tenaga kerja khususnya untuk perkebunan sawit di Malaysia yang akan diberlakukan pada Mei mendatang.

Mengutip dari Asosiasi Pemilik Perkebunan Kelapa Sawit Sarawak (SOPPOA) baru ada dua perusahaan yang menyetujui kenaikan upah tersebut.

Dari sisi permintaan mendapat tekanan dari melonjaknya kasus Covid-19 di China yang sejauh ini telah meyebabkan penguncian di Shanghai sejak 28 Maret lalu dan rencana pengujian massal dibeberapa kota besar di China termasuk Beijing.

China merupakan importir terbesar CPO kedua dunia setelah India, sehingga dengan kembali diberlakukan pembatasan di China maka akan turut berdampak pada permintaan CPO dari China.

Sementara itu, Ketegangan geopolitik di Eropa Timur yang masih belum usai berdampak pada gangguan pasokan minyak nabati khususnya minyak bunga matahari dan minyak jagung yang menyebabkan kenaikan harga pada minyak nabati selaku produk substitusi dari minyak sawit.

Di sisi lain, pasca-penangkapan mafia minyak goreng, Presiden Indonesia Jokowi mengumumkan pada 22 April 2022 rencana pelarangan ekspor CPO Indonesia mulai 28 April 2022.

Pengumuman tersebut memicu lonjakan harga CPO naik sebesar 3 persen pada perdagangan 25 April 2022.

Namun, Menteri Perindustrian pada 27 April 2022 menyatakan bahwa larangan ekspor hanya diberlakukan untuk produk Refined Bleached Deodorized (RBD) Palm Olein, sebelum akhirnya diklarifikasi kembali melalui pernyataan resmi Presiden Jokowi bahwa penjualan CPO dan produk turunannya untuk tujuan ekspor efektif dilarang mulai Kamis 28 April 2022 sampai harga minyak goreng dipasar dalam negri kembali stabil di Rp 14.000 per liter.

“Pelaku dipasar global fokus memantau perkembangan lebih lanjut akan situasi di pasar CPO Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan produsen CPO terbesar pertama dunia, sehingga dampak dari larangan ekspor tersebut akan mempengaruhi pasokan CPO di pasar global,” ungkap Tim Riset ICDX dalam riset, dikutip Minggu (8/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper