Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Dunia Pagi Ini (6/5) Kembali Anjlok di Bursa Malaysia

Harga CPO dunia kembali bergerak menurun dalam 2 hari perdagangan terakhir di Bursa Malaysia sebagai acuan.
Ilustrasi Refined, bleached, and deodorized (RBD) palm oil sebagai bahan baku minyak goreng/ The Edge Markets
Ilustrasi Refined, bleached, and deodorized (RBD) palm oil sebagai bahan baku minyak goreng/ The Edge Markets

Bisnis.com, JAKARTA - Harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah dunia pada hari perdagangan kedua setelah lebaran 2022 di Bursa Malaysia kembali anjlok.

Harga CPO untuk pengiriman Juli 2022 pada pukul 10.06 WIB atau pukul 11.06 waktu Malaysia kembali turun ke level 6.512 ringgit per ton. Harga itu kembali anjok ke level 6.482 ringgit per ton berdasarkan laman tradingeconomics pada pukul 10.25 WIB.

Dengan level harga ini maka secara harian harga CPO turun 4 persen. Sedangkan dalam dua hari perdagangan terakhir, harga CPO telah merosot 7,77 persen. Meski demiian jika dihitung sejak tahun lalu, harga CPO ini masih melonjak 48 persen.

Sementara itu, dalam perdagangan CPO sejauh ini, harga terendah tercipta saat pembukaan di level 6.457 ringgit per ton saat pembukaan.

Harga CPO sendiri sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada 29 April 2022 lalu saat Indonesia memutuskan menghentikan ekspor seluruh produk minyak sawit dan turunannya mulai 28 April 2022 tengah malam hingga harga minyak goreng curah di tengah masyarakat stabil di Rp14.000 per kilogram.

Harga CPO sendiri kembali mengalami pelemahan setelah konglomerat India, salah satu negara tujuan ekspor CPO Indonesia meyakini pemerintah tidak akan menahan ekspor lebih lama.

Pasalnya, seperti dilansir media India The Financial Express, Indonesia dinilai tidak memiliki cukup tanki untuk menampung hasil produksi.

"Sepertinya pada 10 Mei seharusnya [Indonesia] sudah mulai membuka kran ekspor," kata CEO Adani Wilmar, Angshu Mallick.

Dengan potensi pembukaan kran ekspor Indonesia ini, dia meyakini harga CPO dan turunannya akan mulai turun. "Tidak ada alasan lagi untuk harga yang lebih tinggi,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper