Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed ‘Cuma’ Kerek Suku Bunga 50 Basis Poin, Dolar AS Rontok

Bank sentral Amerika Serikat (AS) tidak secara aktif mempertimbangkan kenaikan suku bunga 75 basis poin.
Lambang Dewan Gubernur Federal Reserve AS di Washington D.C./ Bloomberg - Samuel Corum
Lambang Dewan Gubernur Federal Reserve AS di Washington D.C./ Bloomberg - Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA — Dolar Amerika Serikat (AS) jatuh ke level terendah sepekan terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (4/5/2022).

Dilansir dari Antara Kamis (5/5/2022), dolar AS rontok setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengesampingkan prospek kenaikan suku bunga 75 basis poin, bahkan ketika dia mengatakan bank sentral AS akan bertindak agresif untuk membasmi inflasi.

Powell mengatakan dalam konferensi pers menyusul pernyataan kebijakan The Fed bahwa bank sentral AS tidak secara aktif mempertimbangkan kenaikan 75 basis poin akan tetapi lompatan tambahan 50 basis poin akan dibahas untuk beberapa pertemuan berikutnya.

Kondisi itu terjadi setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, kenaikan terbesar dalam 22 tahun, dalam keputusan yang diperkirakan secara luas.

“Pasar menilai pada dasarnya peluang 50/50 bahwa Anda melihat kenaikan 75 basis poin pada Juli, antara Juni dan Juli, jadi saya pikir takeaway paling penting di sini yang menurut saya pasar benar-benar terpaku, adalah apakah atau tidak ada kenaikan 75 basis poin di atas meja, dan dia (Powell) pada dasarnya mendorong kembali itu,” kata Mazen Issa, ahli strategi senior valas di TD Securities di New York.

Indeks dolar turun tajam setelah komentar Powell, jatuh ke level terendah satu minggu di 102,48, sebelum merangkak kembali ke posisi terakhir di 102,62, turun 0,76 persen hari ini.

Bank sentral AS juga mengatakan bahwa neraca 9 triliun dolar AS akan dibolehkan turun sebesar 47,5 miliar dolar AS per bulan pada Juni, Juli dan Agustus dan pengurangan akan meningkat menjadi 95 miliar dolar AS per bulan pada September.

Investor telah mengevaluasi apakah reli yang mengirim indeks dolar ke level tertinggi dalam 20 tahun pekan lalu memiliki lebih banyak ruang untuk berjalan setidaknya dalam jangka pendek, dengan sebagian besar hawkishness yang diharapkan Fed sudah diperhitungkan ke pasar.

Namun, The Fed diperkirakan akan memperketat kebijakan lebih dari rekan-rekannya. Eropa, misalnya, sedang berjuang dari pertumbuhan yang lebih lemah dan gangguan energi karena sanksi yang dikenakan pada Rusia setelah invasinya ke Ukraina.

Euro menguat menjadi 1,0606 dolar, naik 0,82 persen hari ini, dan naik dari 1,0470 dolar pada Rabu (4/5/2022), yang merupakan terendah sejak Januari 2017.

Dolar AS juga diuntungkan dari arus safe-haven karena pembatasan Covid-19 di China memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan global dan gangguan rantai pasokan baru.

Beijing menutup sejumlah stasiun metro dan rute bus dan memperpanjang pembatasan Covid-19 di banyak tempat umum pada Rabu (4/5/2022), memfokuskan upaya untuk menghindari nasib Shanghai, di mana jutaan orang telah dikunci ketat selama lebih dari sebulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper