Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vale Indonesia (INCO) Pastikan Proyek Pomalaa Tak Pakai Energi Batu Bara

Vale Indonesia berkomtimen proyek pengolahan nikel di Pomalaa tigak akan menggunakan energi batu bara.
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) memastikan proyek produksi dan pengolahan nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tengah, mendukung upaya pemerintah untuk mencapai target penurunan emisi karbon.

CEO Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan, kedua perusahaan akan bekerja sama untuk meminimalkan jejak karbon proyek dan sepakat untuk tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara captive sebagai sumber listrik dalam bentuk apapun untuk pengoperasian Proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa.

Hal ini, karena nikel untuk industri kendaraan listrik, harus mengedepankan primsip keberlanjutan dan rendah karbon.

“Huayou juga sepakat dengan Vale terkait dengan ESG [environmental social and governance] karena keberlanjutan produknya cocok untuk mobil listrik. Energi yang dibutuhkan tidak menggunakan batu bara, kita ingin ini menjadi benchmark, bisa merealisasikan ambisi Vale untuk pembangunan berkelanjutan,” ujar Febri dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Terkait pilihan energi yang akan digunakan, agar lebih rendah karbon dan kalori, Febri mengatakan masih perlu studi lebih lanjut untuk memastikan pilihannya.

“Kami sudah ada pilihan antara minta kerja sama dengan PLN, atau pakai LNG. Setelah tanda tangan paling lambat enam bulan definitive agreement jadi, studi juga dirampungkan, baru bisa dapat kepastian,” katanya.

Selain mendukung penurunan jejak karbon, proyek ini dengan skala yang lebih besar bisa menciptakan lapangan pekerjaan lebih besar, pendapatan negara lebih besar, serta multiplier effect lainnya lebih besar.

“Kita juga mengembangkan capacity building di sana, kemudian akan disepakati rasio pekerja asing dan dalam negeri. Nantinya rencananya pekerjanya akan mostly orang lokal,” tutur Febri.

Sebelumnya, rekanan Vale dalam proyek ini, Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM) memutuskan untuk menghentikan proyek yang sedang berjalan, yang masih dalam tahap studi kelayakan karena penyebaran Covid-19.

Kondisi tersebut membuat prosedur untuk mendapatkan izin dan diskusi dengan Vale tertunda. Selain itu, karena sulit untuk mempertahankan tim studi proyek internal dan eksternal tanpa prospek kemajuan di masa depan, SMM menyimpulkan bahwa mereka tidak punya pilihan selain menghentikan studi.

Tak lama, Vale Indonesia mendapatkan pengganti, bekerja sama dengan perusahaan asal China Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper