Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab di Balik Laba Bersih Mayora Indah (MYOR) Turun 62 Persen

Emiten produk konsumer PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) membukukan kenaikan penjualan pada kuartal I/2022. Namun laba bersih MYOR turun signifikan seiring dengan membengkaknya beban bahan baku dan kemasan.
Kantor PT Mayora Indah Tbk./mayora
Kantor PT Mayora Indah Tbk./mayora

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produk konsumer PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) membukukan kenaikan penjualan pada kuartal I/2022. Namun laba bersih MYOR turun signifikan seiring dengan membengkaknya beban bahan baku dan kemasan.

Emiten produsen permen merek Kopiko tersebut membukukan penjualan bersih sebesar Rp7,58 triliun pada kuartal I/2022. Penjualan bersih ini naik 3,41 persen dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar Rp7,33 triliun.

Laba usaha Mayora juga turun dari Rp996,13 miliar pada Januari-Maret 2021 menjadi Rp441,53 miliar pada 3 bulan pertama 2022. Penurunan ini seiring dengan meningkatkan beban usaha dari Rp1,17 triliun menjadi Rp1,21 triliun. Beban pengiriman yang meningkat dari Rp139,97 miliar menjadi Rp219,03 miliar menjadi penyebab kenaikan beban usaha.

Mayora tercatat membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp306,0 miliar. Laba bersih ini turun 62,81 persen YoY dari sebelumnya Rp822,87 miliar.

Sekretaris Perusahaan MYOR Yuni Gunawan menyebutkan penurunan kinerja laba bersih Mayora disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku. Biaya distribusi yang lebih tinggi turut menekan keuntungan yang dibukukan perusahaan.

Laporan keuangan Mayora memperlihatkan beban bahan baku dan pembungkus mengalami peningkatan, dari Rp3,94 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp4,72 triliun pada kuartal I/2022.

“Faktor yang menyebabkan penurunan laba yang diatribusikan ke entitas induk yang paling utama adalah adanya kenaikan bahan baku dan kenaikan biaya distribusi,” kata Yuni dalam jawaban tertulis kepada Bisnis yang dikutip Rabu (4/5/2022).

Yuni menyebutkan ketidakpastian harga komoditas global masih menjadi tantangan bagi perusahaan pada 2022. Kenaikan harga komoditas, terutama yang menjadi bahan baku produk perseroan, berdampak pada turunnya profitabilitas.

“Menghadapi ini kami mencari sourcing [bahan baku] yang paling kompetitif, meningkatkan efisiensi produksi, dan apabila terpaksa, kami melakukan kenaikan harga untuk produk-produk kami,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper