Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peringkat Utang Indonesia Bisa Membaik Tahun Ini, Pasar Obligasi Cerah

Neraca perdagangan yang positif dan ekspektasi pemulihan ekonomi kemungkinan dapat mengerek naik outlook utang Indonesia dari negatif menjadi stabil dengan rating yang tetap BBB.
Pialang berjalan di Gedung Bursa Efek Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Pialang berjalan di Gedung Bursa Efek Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar obligasi Indonesia dinilai masih menarik meskipun cenderung tertekan. Peluang penurunan imbal hasil (yield) di sisa tahun ini masih sangat terbuka seiring dengan menurunnya tekanan jual dan kondisi fiskal Indonesia yang optimal.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto dalam laporannya menuturkan, meski cenderung melemah, pergerakan imbal hasil obligasi Indonesia masih lebih baik bila dibandingkan dengan emerging market lainnya. Hal ini mengindikasikan ketahanan pasar SUN Indonesia terhadap sentimen–sentimen global.

“Ketahanan pasar SUN Indonesia seiring dengan data neraca transaksi berjalan yang membaik dan bertambahnya cadangan devisa yang mendukung stabilitas rupiah,” jelas Handy dikutip dari laporannya, Selasa (26/4/2022).

Ke depannya, Handy mengatakan pergerakan imbal hasil SUN Indonesia akan membaik. Hal ini ditopang oleh kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia-Ukraina. Handy memaparkan, kondisi ini berdampak positif terhadap pendapatan fiskal dan neraca perdagangan pemerintah.

Neraca perdagangan yang positif dan ekspektasi pemulihan ekonomi kemungkinan dapat mengerek naik outlook utang Indonesia dari negatif menjadi stabil dengan rating yang tetap BBB.

“Kami memprediksi perubahan ini akan terjadi sekitar April–Mei,” lanjutnya.

Perbaikan kondisi pasar obligasi Indonesia juga didukung oleh meredanya tekanan jual asing. Hal ini seiring dengan tingkat kepemilikan asing pada SBN yang turun dari kisaran 40 persen pada 2018 menjadi sekitar 17,4 persen pada tahun ini.

Selain itu, pasokan SUN Indonesia juga masih berpeluang berkurang pada tahun ini seiring dengan target defisit fiskal yang lebih rendah, yakni 4,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) dari sebelumnya 4,85 persen dari PDB.

Ia menambahkan, saat ini SUN Indonesia dengan yield sekitar 7 persen masih cukup menarik di mata investor. Hal ini karena nilai SUN Indonesia yang masih 30 basis poin di bawah fair value.

“Kami memproyeksikan imbal hasil SUN Indonesia pada akhir 2022 berada di kisaran 6,45 persen – 6,7 persen,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper