Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan IHSG Mulai Terbatas, Investor Wajib Wait and See

Selama sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung stagnan.
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Tren penguatan pasar saham diyakini masih dapat terjadi kendati mulai terbatas. Investor disarankan untuk terus berhati-hati dan memperhatikan sentimen pasar yang ada.

Laporan Infovesta Utama pada Selasa (26/4/2022) menyebutkan, selama sepekan terakhir, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG cenderung berada dalam posisi stagnan. IHSG masih berada di level 7.225,61 atau melemah 0,14% dari posisi minggu lalu.

“Pelemahan tipis IHSG ini dikarenakan adanya tekanan aksi profit taking yang dilakukan oleh investor domestik menjelang lebaran sedangkan sentimen aliran dana asing masuk ke pasar saham masih cukup deras mencapai Rp3,8 triliun terutama ke saham berkapitalisasi besar,” demikian kutipan laporan tersebut.

Jika diamati, saat ini IHSG masih memberikan kinerja positif sebesar 9,79 persen secara year to date (ytd). Kebijakan ekonomi dalam mempertahankan suku bunga di level 3,5 persen bulan ini menjadi katalispositif ditengah tren normalisasi ekonomi global.

Meski aliran dana asing terus mengalir masuk, Infovesta melihat pelaku pasar masih akan mengamati perkembangan konflik Rusia-Ukrainaterhadap harga komoditas batubara dan kekhawatiran inflasi yang akan terjadi.

Infovesta menyebutkan, pasar saham masih berpotensi melanjutkan penguatan. Hal ini seiring dengan sejumlah sentimen positif yang mendorong kinerja positif di pasar saham, seperti kinerja makroekonomi yang solid,membaiknya penanganan viruscorona, arus capital inflow yang terus mengalir danstabilitas nilai tukar Rupiah.

Namun, posisi IHSG saat ini sudah mencapai titik tertinggi. Selain itu, adanya kekhawatiran investor akibat perlambatan ekonomi setelah BI menurunkan proyeksi pertumbuhan tahun 2022 menjadi 4,5 persen - 5,3 persen (dari sebelumnya 4,7 persen - 5,5 persen) mendorong aksi profit taking oleh investor dikarenakan adanya ekspektasi lonjakan inflasi.

“Oleh karena itu, investor yang hendak berinvestasi di reksa dana saham di sarankan untuk wait & see sambil terus mengamati pergerakan harga IHSG yang sudah mencapai zona tertinggi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper