Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG dan Bursa Asia Rontok, Lockdown China Jadi Biang Keladi

Investor mempertimbangkan situasi Covid-19 yang memburuk di China dan potensi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif.
Seorang tenaga kesehatan memberikan suntikan penguat (booster) vaksin COVID-19 kepada warga setempat di sebuah lokasi vaksinasi sementara di Beijing, China pada 29 November 2021./Antra-Xinhua
Seorang tenaga kesehatan memberikan suntikan penguat (booster) vaksin COVID-19 kepada warga setempat di sebuah lokasi vaksinasi sementara di Beijing, China pada 29 November 2021./Antra-Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) ambruk pada perdagangan pagi ini beriringan dengan pelemahan bursa Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga 09.42 WIB, IHSG melemah 1,02 persen atau 73,95 poin ke 7.151,65. Di sisi lain, investor asing mencatat aksi beli bersih di seluruh pasar sebesar Rp3,32 triliun.

Mengutip Bloomberg, Senin (25/4/2022), saham berjangka AS, dan harga komoditas merosot pada hari ini karena investor mempertimbangkan situasi Covid-19 yang memburuk di China dan potensi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif.

Aksi jual semakin dalam di Asia, di mana indeks Asia-Pasifik MSCI Inc. turun untuk sesi keenam dalam tujuh sesi dengan penurunan di Jepang, Hong Kong dan China. Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq 100 turun sebagai tanda pelemahan lebih lanjut karena para pedagang meningkatkan ekspektasi untuk pengetatan kebijakan yang curam demi menjinakkan inflasi.

Imbal hasil obligasi AS menghentikan kekalahan minggu lalu yang mengguncang pasar mencoba untuk mengukur seberapa tinggi imbal hasil bisa membaik. Dolar memperpanjang kenaikan karena investor memilih tempat berlindung yang aman. Minyak mentah turun di bawah US$100 per barel, setelah meluncur untuk minggu ketiga dalam empat minggu. Ini karena penguncian China memperkuat kekhawatiran permintaan.

China memerintahkan tes Covid-19 wajib di sebuah distrik di Beijing dan mengunci beberapa daerah di ibu kota ketika para pembuat kebijakan berlomba untuk mencegah terulangnya wabah yang melanda Shanghai selama berminggu-minggu. Mata uang Yuan jatuh ke level terendah sejak April 2021 setelah penetapan harian sesuai dengan perkiraan.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mendukung kenaikan 50 basis poin bulan depan dan setidaknya satu lagi langkah seperti itu, menguraikan pendekatannya yang paling berani untuk mengekang harga-harga yang melonjak. Sinyal pengetatan yang lebih kuat dari Bank Sentral Eropa juga melemahkan selera risiko investor. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper