Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Rawan Profit Taking, Investor Harus Bersiap

Kekhawatiran terhadap inflasi dan situasi geopolitik berisiko menekan IHSG setelah berhasil mencapai rekor tertinggi.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Reli berkepanjangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta konfilk Rusia – Ukraina yang tak kunjung usai berpotensi menimbulkan tekanan jual yang tinggi di pasar saham dan produk reksa dana terkait.

Laporan dari Infovesta Utama pada Selasa (19/4/2022) menjelaskan selama sepekan lalu terlihat reksa dana saham mengalami pelemahan. Meski demikian, pergerakan pasar saham dalam sepekan terakhir dalam teritori positif.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,34 persen ke level 7.235,53, sementara kapitalisasi pasar Bursa juga mengalami peningkatan sebesar 3,97 persen menjadi Rp 9.046,3 triliun.

IHSG juga berhasil mencatatkan rekor All Time High di level 7.262,78 setelah saham GoTo melantai di bursa walaupun dilanjutkan dengan aksi profit taking oleh investor.

“Meski pola bullish sedang terjadi di pasar saham yang didorong oleh rilis kinerja emiten dan pembagian dividen, kami melihat pelaku pasar masih akan mengamati perkembangan konflik geopolitik Rusia - Ukraina yang berpengaruh terhadap harga komoditas dan kekhawatiran inflasi Indonesia yang didorong oleh kenaikan harga BBM,” demikian kutipan laporan tersebut.

Dengan masih kuatnya sentimen positif di pasar saham, seperti pemulihan aktivitas ekonomi sepanjang 2022, membaiknya perkembangan pandemi Covid-19, dan publikasi laporan keuangan emiten yang menunjukkan perbaikan cukup signifikan, Infovesta melihat pasar saham masih berpotensi untuk melanjutkan penguatannya.

Namun di sisi lain, posisi pasar yang sudah mencapai zona tertinggi ditambah dengan masih belum meredanya konflik Rusia-Ukraina serta kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat ekspektasi lonjakan inflasi dapat mendorong aksi profit taking yang semakin kencang di pasar saham.

“Oleh karena itu, investor yang hendak berinvestasi di reksa dana saham di sarankan untuk terus memantau perkembangan isu dan sentimen di pasar,” jelasnya.

Sementara itu, pasar obligasi tengah mengalami tekanan seiring dengan terjadinya arus keluar (outflow) dana asing dari pasar SBN. Tekanan yang relatif masih besar akan terjadi pada tenor jangka panjang seiring dengan masalah inflasi dan kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed maupun Bank Indonesia (BI).

Namun, Infovesta memprediksi pasar obligasi masih akan menarik jika tingkat imbal hasil (yield) obligasi mulai aktraktif yaitu mendekati 7% atau lebih. Oleh karena itu, sebaiknya para pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam melihat sentimen yang mempengaruhi pasar obligasi.

Selanjutnya, reksa Dana pendapatan tetap hingga saat ini masih menunjukkan kecenderungan untuk bergerak turun, sejalan dengan semakin tingginya ekspektasi inflasi dan semakin kencangnya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral, termasuk oleh Bank Indonesia.

Investor disarankan untuk wait and see sambil memantau arah pergerakan aliran dana asing yang diprediksikan dapat kembali masuk kepasar SBN dalam negeri ketika yield sudah kembali atraktif.

Di saat yang sama, investor dapat mempertimbangkan reksa dana pasar uang sebagai alternatif penempatan sementara sambil memantau kondisi lebih jauh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper