Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Anjlok, IEA Siap Lepas Cadangan Strategis 120 Juta Barel

Negara-negara anggota Badan Energi Internasional (IEA) akan melepaskan 120 juta barel dari cadangan strategis (SPR) untuk menahan kenaikan harga minyak.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Rabu (6/4/2022) waktu Amerika Serikat, setelah negara-negara konsumen besar mengatakan akan melepas minyak dari cadangan untuk melawan pengetatan pasokan.

Pelemahan harga minyak juga mendapat pengaruh dari risalah pertemuan The Fed yang mendukung dolar.

Mengutip Antara, Kamis (7/4/2022), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni terperosok US$5,57 atau 5,2 persen, menjadi US$101,07 per barel di London ICE Futures Exchange.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei kehilangan US$5,73 atau 5,6 persen, menjadi ditutup di US$96,23 per barel di New York Mercantile Exchange.

Aksi jual mengalami percepatan hingga penutupan, meninggalkan harga acuan Brent dan WTI pada level penutupan terendah sejak 16 Maret 2022. 

Negara-negara anggota Badan Energi Internasional (IEA) akan melepaskan 120 juta barel dari cadangan strategis (SPR) untuk menahan kenaikan harga. Pelepasan tersebut akan mencakup 60 juta barel dari Amerika Serikat, menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut. Komitmen itu merupakan bagian dari pengumuman AS sebelumnya tentang pelepasan cadangan 180 juta barel.

Ini adalah kedua kalinya IEA merilis cadangan tahun 2022 dan secara efektif meningkatkan pasokan di seluruh dunia sekitar 2 juta barel per hari setidaknya selama dua bulan ke depan, saat dunia mencoba mengatasi potensi kehilangan minyak Rusia. Kelompok ini secara kolektif memiliki sekitar 1,5 miliar barel cadangan strategis.

Pasar minyak mentah telah melalui minggu penuh volatilitas, dengan harga melonjak di tengah kekhawatiran pasokan setelah invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi berikutnya di Moskow oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Akhir-akhir ini pasar telah berbalik arah menyusul rilis cadangan bersama dengan kekhawatiran perlambatan permintaan di China, di mana pandemi yang bangkit kembali telah mendorong penguncian kota-kota termasuk Shanghai.

Pabrik penyulingan China menghindari kontrak baru dengan Rusia, menunjukkan bahwa Beijing berhati-hati untuk tidak secara terang-terangan mendukung Moskow saat ini.

Sementara itu, risalah Federal Reserve AS merinci bahwa bank sentral AS berencana menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan terbarunya, tetapi memilih kenaikan yang lebih kecil karena perang di Ukraina.

Risalah menunjukkan pendekatan hawkish untuk The Fed karena mencoba untuk mengendalikan inflasi, yang mendorong dolar AS. Minyak sering bergerak berlawanan arah dengan dolar karena sebagian besar transaksi minyak dilakukan dalam mata uang AS.

"Pasar bereaksi atas komentar Fed dan laporan penyimpanan EIA," kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy. The Fed telah dinilai memberikan kekuatan pada dolar dan itu tercermin dalam harga minyak yang lebih rendah.

Stok minyak mentah AS naik 2,4 juta barel dalam minggu terakhir, Badan Informasi Energi AS mengatakan, sementara analis memperkirakan penurunan. Produksi juga naik, mencapai 11,8 juta barel per hari, terbesar sejak akhir 2021, dan diperkirakan akan terus meningkat. Amerika Serikat juga melepaskan hampir 4 juta barel dari cadangan strategisnya dalam seminggu.

"Rilis SPR sangat besar yang meningkatkan kepercayaan bahwa mereka dapat mengeluarkan banyak minyak dari cadangan setiap minggu," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

Amerika Serikat dan sekutunya pada Rabu (6/4/2022) menyiapkan sanksi baru terhadap Moskow atas pembunuhan warga sipil di Ukraina, yang oleh Presiden Volodymyr Zelenskiy digambarkan sebagai kejahatan perang. Rusia membantah menargetkan warga sipil.

Ke-27 negara anggota akan memutuskan apakah akan menyetujui usulan sanksi Uni Eropa yang akan melarang pembelian batu bara Rusia dan mencegah kapal Rusia memasuki pelabuhan Uni Eropa.

Kepala eksekutif Uni Eropa Ursula von der Leyen, mengatakan blok itu sedang mengerjakan sanksi tambahan, termasuk pada impor minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper