Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Rebound Setelah Anjlok 5 Persen Kemarin

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kompak menguat sekitar 1 persen pada perdagangan hari ini.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berhasil rebound pada perdagangan Kamis (7/4/2022) setelah anjlok pada perdagangan sebelumnya akibat prospek pelepasan cadangan minyak AS lanjutan serta kebijakan moneter AS yang lebih ketat.

Dilansir dari Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei terpantau menguat 0,94 persen atau 0,9 poin ke level US$97,13 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 12.23 WIB.

Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Juni naik 1,7 persen ke level US$102,77 per barel di ICE Futures Europe exchange setelah turun 5,2 persen pada hari Rabu.

WTI sebelumnya juga anjlok lebih dari US$5 setelah International Energy Agency atau IEA mengatakan bahwa AS akan melepas 60 juta barel cadangan strategis ke pasar, setelah sebelumnya juga melepas 180 juta barel.

Minyak telah didera oleh volatilitas yang intens selama enam pekan terakhir karena invasi Rusia ke Ukraina mengguncang pasar komoditas. Menanggapi perang, AS dan sekutunya telah mencoba untuk memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia, sekaligus membendung kenaikan harga energi yang mengipasi inflasi yang sudah meningkat.

Analis pasar senior Oanda Asia Pacific Pte. Jeffrey Halley mengatakan penguatan harga minyak hari ini salah satunya dipicu oleh pembeli di Asia mengambil keuntungan dari pelemahan harga minyak sebelumnya.

“Perang masih berlangsung, sanksi Rusia diperketat, dan masih ada defisit struktural dalam pasokan minyak karena itu, bahkan dengan pelepasan cadangan strategis ini,” ungkap Jeffrey, dikutip Bloomberg, Kamis (7/4/2022).

Pedagang minyak juga mempertimbangkan sikap hawkish Federal Reserve karena pembuat kebijakan mengendalikan dukungan yang mereka berikan untuk meredam dampak pandemi. Selain kenaikan suku bunga, Fed mengisyaratkan akan mengurangi kepemilikan obligasi hingga US$95 miliar per bulan.

Sementara itu, China yang menjadi importir minyak mentah terbesar di dunia telah berusaha untuk membasmi wabah Covid-19 dengan meningkatkan pengetatan dan lockdown, termasuk di pusat komersial Shanghai.

Saat para pejabat mengatasi tantangan itu, kapal tanker yang membawa 22 juta barel minyak Rusia, Iran dan Venezuela menumpuk di lepas pantai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper