Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Tembus Rekor Tertinggi H3 Puasa ke 7.148, Asing Incar BBRI-ANTM Lepas ADRO

IHSG ditutup di posisi 7.148,29 pada hari ini, rekor tertinggi sepanjang masa Bursa Efek Indonesia.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali menembus rekor tertinggi pada perdagangan Selasa (5/4/2022) atau hari ketiga puasa seiring dengan derasnya dana investor asing.

IHSG parkir pada posisi 7.148,29, level tertinggi sepanjang masa. IHSG naik 0,45 persen atau 32,08 poin, setelah bergerak di rentang 7.110,11-7.148,29.

Tercatat, 290 saham menguat, 241 saham melemah dan 151 saham bergerak ditempat. Investor asing mencatatkan aksi net foreign buy Rp648,89 miliar di seluruh pasar jelang penutupan.

Investor asing tercatat membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp125,7 miliar, atau yang terbanyak sejauh ini. Menyusul dibelakangnya adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) senilai Rp100,7 miliar dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sebesar Rp86,1 miliar.

Di sisi lain, investor asing melepas saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan net sell Rp110,9 miliar, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) Rp24,4 miliar, dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) Rp18,8 miliar.

CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menjelaskan indeks yang kembali menutup perdagangan all time high (ATH) tren penguatan menjadi lebih terbatas.

"Pergerakan IHSG kembali mencetak rekor ATH baik secara intraday maupun penutupannya, kenaikan yang terjadi dalam pola gerak IHSG saat ini masih ditopang oleh arus deras capital inflow yang masih terjadi secara ytd," urainya dalam riset, Senin (4/4/2022).

Kendati demikian, kenaikan yang terjadi terlihat sudah cukup terbatas sehingga William melihat adanya risiko koreksi wajar masih perlu diwaspadai oleh para investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper