Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Surya Esa Perkasa (ESSA) Masuk Daftar UMA BEI, Investor Harap Cermat!

PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) masuk daftar unusual market activity (UMA) Bursa Efek Indonesia (BEI).
Emiten produsen amonia dan LPG, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA), mengumumkan identitas logo barunya.
Emiten produsen amonia dan LPG, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA), mengumumkan identitas logo barunya.

Bisnis.com, JAKARTA – PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) masuk daftar unusual market activity (UMA) Bursa Efek Indonesia BEI.

BEI menyatakan telah terjadi peningkatan harga saham ESSA yang di luar kebiasaan atau UMA. Pengumuman UMA, tulis BEI, tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di bidang Pasar Modal.

Informasi terakhir mengenai Perusahaan Tercatat adalah informasi tanggal 21 Maret 2022 yang dipublikasikan melalui situs BEI terkait perubahan corporate secretary dan penyampaian bukti iklan informasi laporan keuangan tahunan.

“Sehubungan dengan terjadinya Unusual Market Activity atas saham ESSA tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini,” tulis BEI Senin (4/4/2022).

Maka itu, BEI mengharapkan investor selalu memperhatikan jawaban Perusahaan Tercatat atas permintaan konfirmasi Bursa. Lalu, mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.

Mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS. Serta, mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.

Sebelumnya, Direktur ESSA Prakash Chand Bumb menyebutkan, pendapatan ESSA pada 2021 naik 73 persen ke US$303 juta dari tahun sebelumnya hanya US$176 juta. Sementara itu, laba kotor naik 1.076 persen dari US$9 juta ke US$110.

“ESSA berhasil berbalik laba bersih dari rugi US$19 juta ke laba US$14 juta,” jelasnya dalam acara Get To Know ESSA, Sabtu (19/3/2022).

Adapun, total asetnya menguat sepanjang 2021 ke US$809 juta dari tahun sebelumnya di US$792 juta, liabilitasnya juga menguat dari US$480 juta pada 2020 ke US$508 juta. Sementara itu, ekuitasya menurun dari US$312 juta pada 2020 ke US$301 juta pada 2021.

Prakash menjelaskan, 86 persen pendapatan berasal dari bisnis ammonia dan 14 persen dari LPG. Dari sisi segmentasi, pendapatan dari segmen LPG dan kondensasi menguat 54 persen dari US$28 juta pada 2020 ke US$43 juta. Laba kotornya juga melonjak 138 persen dari US$9 juta ke US$22 juta.

Selanjutnya, dari segmen ammonia, pendapatannya naik 76 persen dari US$148 juta ke US$260 juta. Kemudian, laba kotornya melambung tajam 2.933 persen dari hanya US$0,3 juta keUS$89 juta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper