Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PREMIUM WRAP-UP: Duel SCMA vs MNCN & IPO RS Keluarga Bos Wilmar (MTMH)

SCMA dan MNCN makin sengit berebut kue iklan media. Sementara, keluarga Martua Sitorus tengah bersiap menghimpun dana jumbo dari IPO MTMH.
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menerima kunjungan CEO Marubeni Kansai San beserta jajarannya di MNC Center, Kamis (27/5/2021)./ Istimewa
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menerima kunjungan CEO Marubeni Kansai San beserta jajarannya di MNC Center, Kamis (27/5/2021)./ Istimewa

Tidak hanya bermodalkan dua nama crazy rich Indonesia sebagai nakhoda, Grup Emtek dan Grup MNC telah menjadi konglomerasi yang memimpin pangsa pasar di sektor media. Pundi cuan keduanya pun berpotensi semakin tebal lantaran berbagai angin segar yang mereka dapat belakangan.

Emtek lewat sayap medianya, PT Elang Mahkota Tbk. (EMTK) misal, kedapatan kabar baik seiring keberhasilan mereka menyegel hak siar Piala Dunia 2022. Kondisi ini membuat potensi mereka menjadi sasaran klien pengiklan semakin besar.

1. Adu Cuan Emiten Media Crazy Rich SCMA vs MNCN, Pilih Mana?

Sementara MNC, lewat PT Media Nuansa Citra Tbk. (MNCN), akan semakin leluasa memoles ratingnya jelang ramadan. Rekam jejak menunjukkan bahwa stasiun televisi besutan entitas ini kerap menyuguhkan program-program dengan rating tinggi di tengah ramadan.

Ulasan selengkapnya terkait prospek bisnis kedua perusahaan hingga akhir 2022 dapat anda baca di artikel ini.

2. IPO RS Murni Teguh (MTMH) & Misi Besar Crazy Rich Ganda-Martua Pendiri Wilmar

Keluarga crazy rich pendiri Grup Wilmar Martua Sitorus tidak mau kalah dengan para konglomerat lain. Dalam hitungan pekan, mereka akan segera mengirim PT Murni Sadar Tbk. (MTMH) sebagai emiten pendatang baru di bursa.

Tidak tanggung-tanggung, dana segar Rp375,95 miliar akan dibidik entitas yang dimiliki saudara, ipar, anak, dan keponakan Martua tersebut.

MTMH sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kepemilikan dan pengelolaan rumah sakit. Per hari ini, perseroan menggenggam operasional 8 rumah sakit dengan 7 di antaranya berstatus hak milik. Dari 7 rumah sakit dengan hak milik tersebut, 2 di antaranya tengah dalam tahap renovasi.

Lantas, dengan bekal konglomerasi dan fundamental bisnis yang dimilikinya, seberapa kuat magnet MTMH?

Gambaran lebih detail dapat Anda baca di artikel berikut.

3. Berburu Diskon Saham Consumer INDF, JPFA, UNVR dkk Sambut Ramadan

Ramadan sudah dekat. Dan, sebagaiman tahun-tahun sebelumnya, emiten konsumer selalu menjadi pusat perhatian banyak investor pada masa-masa tersebut.

Sebenarnya, sektor konsumer cenderung bergerak lebih lesu dalam 2 periode ramadan sebelumnya. Krisis akibat pandemi yang menurunkan daya beli masyarakat ditengarai menjadi pemicu. Imbasnya, secara historis, valuasi saham-saham di sektor tersebut cenderung terdiskon.

Kini, di tengah tren pemulihan ekonomi dari krisis, emiten konsumer pun kompak mengencangkan sabuk pengaman. Berbagai target dan optimisme menjadi bekal, meski keraguan masih banyak menyelimuti.

Gambaran mengenai prospek sejumlah emiten konsumer terdiskon seperti UNVR, INDF, hingga JPFA dapat Anda baca di artikel ini.

4. BlackRock & Vanguard Lego HM Sampoerna HMSP, Saham Masih Mengepul?

Nasib perusahaan rokok semakin di ujung tanduk. Bukan cuma terus mengalami pengikisan margin bisnis akibat peningkatan pajak cukai, entitas-entitas di sektor ini juga terus kehilangan investor.

Tidak terkecuali PT HM Sampoerna Tbk. Perusahaan dengan ticker HMSP ini berusahaan mengalami pelepasan kepemilikan secara bertahap oleh dua investor asing yakni Vanguard dan BlackRock.

Sebagai konteks, Vanguard dan Blackrock adalah dua entitas yang menyandang status perusahaan manajemen aset dengan kepemilikan terbesar di HMSP.

Sebenarnya, kinerja keuangan HMSP yang baru dirilis lewat laporan keuangan pekan lalu tidak bisa dikatakan jelek. Di tengah penurunan margin, perseroan masih mengantongi penjualan bersih Rp98,87 triliun. Nominal ini naik 6,98 persen year-on-year yoy) dari Rp92,43 triliun pada 2020.

Hanya saja, pendapatan tersebut tetap belum mampu menyamai capaian prapandemi yang tercatat sekitar Rp106 triliun pada 2018 dan 2019.

Selengkapnya mengenai prospek perusahaan besutan Philip Morris tersebut dapat Anda baca di artikel ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper